[caption id="attachment_183788" align="alignleft" width="300" caption="reuters"][/caption] TASIKMALAYA: Air limbah galian C pasir Gunung Galunggung diyakini menghambat produksi ikan air tawar nilem di kawasan minapolitan di Tasikmalaya. Ikan nilem ini dikembangkan di kawasan minapolitan yang tersebar di lima kecamatan yakni Padakembang, Singaparna, Sukaratu, Cisayong dan Leuwisari. Burhan Embek, Ketua Kelompok Ternak Ikan Mekarjaya Kec. Padakembang mengatakan produksi ikan bisa kembali meningkat jika infrastruktur air untuk perikanan air tawar diperbaiki. Akan tetapi saat ini masih menjadi kendala hingga menghambat proses kembang biak, misalnya peternak ikan di wilayah Kecamatan Padakembang dan Sukaratu. Akibatnya para petani masih menggunakan air limbah galian pasir C di kaki Gunung Galunggung untuk melakukan peternakan di kolam-kolam ikan tersebut. "Saat ini, peternak ikan di Kecamatan Padakembang dan Sukaratu, yang lokasinya berdekatan dengan penambangan pasir Galunggung terpaksa menggunakan air dari Sungai Cikunir yang kotor karena pencucian pasir. Kalau airnya bersih, kami yakin produksi ikan akan lebih besar," jelasnya. Pada 2010, berdasarkan data BPS Kabupaten Tasikmalaya, produksi ikan nilem Kabupaten Tasikmalaya mencapai 9.000 ton. Menurutnya, produksi ikan nilem akan melebihi 9.00o ton jika keberadaan air bersih memadai. Saat ini, petani di dua kecamatan tersebut terpaksa menggunakan air kotor dari Sungai Cikunir yang berasal dari Gunung Galunggung untuk mengairi kolam-kolam ikan milik peternak. Mereka membuat kolam tampungan air limbah kemudian setelah limbahnya mengendap, air tersebut dialirkan ke kolam ikan untuk pembenihan dan pendederan. Untuk proses pembenihan dan pendederan ini, kata dia, harus benar-benar menggunakan air bersih. Jika tidak, benih-benih ikan dari larva sulit untuk menetas. Adapun jika menetas, memerlukan waktu 3 bulan sedangkan normalnya hanya 2 bulan saja. "Saat ini terpaksa menggunakan air yang tercemar. Sebelum dialirkan ke kolam ikan, disimpan dulu dalam kolam tampungan untuk mengendapkan lumpur. Setelahnya, dialirkan ke dalam kolam pembenihan dan pendederan," ujarnya. Namun dengan cara itu, tidak jarang pula larva-larva ikan di kolam pembenihan ini banyak yang mati karena airnya belum bersih. Kepala UPTD Pasar Kubang Eceng Kecamatan Padakembang, Gunawan membenarkan kondisi yang dialami peternak ikan nilem ini. Peternak di Kecamatan Padakembang dan Sukaratu terpaksa menggunakan air kotor dari Sungai Cikunir untuk mengisi kolam-kolam ikan yang berdampak pada terhambatnya produksi ikan. "Itu masalah klasik. Dampaknya produksi terhambat. Apalagi, kalau musim kemarau, peternak ikan di dua kecamatan itu sangat kekurangan air," terangnya. Adapun Pasar Ikan Kubang Eceng yang dikelolanya, saat ini sedang mencoba menternakkan ikan dengan menggunakan air limbah. "Saat ini kami mencoba membuat kolam ikan dengan menggunakan air yang kotor. Nantinya, dapat diketahui ikan apa yang bisa hidup normal dalam air limbah itu," ujarnya. Pada 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi ikan sebesar 315% dengan memaksimalkan produksi ikan di kawasan minapolitan. Dia pesimistis target itu akan tercapai mengingat infrastrutur air untuk kolam ikan yang kotor. "Melihat kondisi air di sini kurang memadai, kami pesimistis hal itu tercapai, kecuali Pemkab Tasikmalaya memiliki solusi tepat untuk menjawab masalah kebutuhan air bagi peternak ikan," terangnya. (k55/ajz)
Air limbah galian C Galunggung hambat produksi ikan nilem
[caption id=attachment_183788 align=alignleft width=300 caption=reuters][/caption]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

16 menit yang lalu
Lo Kheng Hong Continues Adding Stake in PGN
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
