Bisnis.com, GARUT - Insiden pesta rakyat pernikahan anak dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wakil Bupati Garut menjadi sorotan masyarakat setelah tiga orang warga meninggal dunia.
Kejadian tersebut menimbulkan pertanyaan, mengapa warga rela berdesakan demi mendapat makanan gratis di hajatan kepala daerah?
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Garut mencatat adanya peningkatan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan masyarakat Garut pada 2025. Data terbaru menunjukkan pengeluaran total meningkat dari Rp1,03 juta pada tahun sebelumnya menjadi Rp1,08 juta pada tahun ini.
Namun, realitas sosial menunjukkan kontras yang mencolok. Ribuan warga berebut makanan gratis dalam pesta rakyat pernikahan anak Gubernur Jawa Barat, Maula Putra Mulyadi, dan Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina.
Fenomena ini menjadi catatan kelam, terutama karena terjadi di tengah tren naiknya konsumsi makanan rumah tangga. Dalam laporan resmi BPS, tercatat pengeluaran makanan naik signifikan dari Rp588.794 menjadi Rp647.995 per kapita per bulan, atau meningkat sekitar 10 persen.
Sementara itu, pengeluaran non-makanan justru mengalami penurunan dari Rp450.794 menjadi Rp436.001.
Baca Juga
Kepala BPS Garut Nevi Hendri menjelaskan angka kenaikan pengeluaran makanan ini perlu ditafsirkan secara hati-hati. Ia menegaskan bahwa kenaikan nominal bukan berarti seluruh warga telah mengalami peningkatan daya beli yang merata.
"Peningkatan pengeluaran makanan menunjukkan adanya pergerakan ekonomi, tapi juga bisa berarti inflasi harga pangan atau keterpaksaan konsumsi,” ujar Nevi kepada wartawan, Selasa (22/7/2025).
Nevi menyoroti, sebagian besar kenaikan terjadi pada komoditas seperti beras (padi-padian) yang melonjak dari Rp83.365 menjadi Rp103.679 per bulan. Konsumsi makanan jadi juga meningkat dari Rp189.208 ke Rp210.223, menandakan pola konsumsi instan yang makin umum di kalangan rumah tangga.
“Kita melihat lonjakan signifikan pada makanan jadi dan rokok. Ini menunjukkan kecenderungan masyarakat bergantung pada konsumsi cepat saji dan kebutuhan sekunder, bukan karena daya beli tinggi, tapi karena efisiensi atau keterbatasan waktu dan alat masak,” tambahnya.
Peningkatan pengeluaran makanan tidak serta-merta berasal dari meningkatnya volume konsumsi, tetapi lebih dipicu oleh kenaikan harga bahan pokok.
Harga sejumlah bahan pangan pokok yang mengalami kenaikan signifikan dalam periode terakhir. Beras yang sebelumnya dijual seharga Rp83.365 kini melonjak menjadi Rp103.679.
Komoditas buah-buahan juga turut mengalami kenaikan, dari Rp22.626 menjadi Rp28.296. Tak hanya itu, harga sayuran naik dari Rp49.620 menjadi Rp53.124, sementara telur dan susu meningkat dari Rp29.993 menjadi Rp31.517.
Kenaikan ini dinilai memberatkan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah yang sangat bergantung pada bahan pangan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, beberapa kelompok non-makanan justru turun, seperti pengeluaran untuk barang tahan lama dari Rp38.541 menjadi Rp28.862. Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa juga turun dari Rp108.604 ke Rp103.332. Ini menandakan masyarakat mengurangi konsumsi sekunder dan fokus pada kebutuhan dasar.
“Ada pola adaptasi yang terjadi. Ketika harga pangan naik, masyarakat cenderung mengalihkan anggaran dari kebutuhan lain agar bisa tetap makan. Namun, ini menggerus kualitas hidup dalam jangka panjang,” kata Nevi.
Tiga Orang Meninggal Dunia saat Berebut Makanan Gratis
Sebelumnya, tiga orang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka dalam insiden kericuhan saat pesta rakyat pernikahan anak Gubernur Jawa Barat dan Wakil Bupati Garut yang digelar di kawasan Alun-alun Otista, Garut Kota, Jumat (18/7/2025).
Peristiwa terjadi akibat lonjakan massa yang tidak terkendali setelah salat Jumat. Kala itu, warga mulai memadati lokasi pembagian makanan gratis.
Menurut keterangan sejumlah saksi, sejak pagi area Alun-alun Otista sudah dipadati ribuan warga yang datang dari berbagai wilayah. Mereka tertarik menghadiri pesta rakyat yang menjanjikan pembagian makanan gratis, panggung hiburan, dan acara terbuka lainnya.
“Setelah salat Jumat, makin banyak orang. Banyak orang tua dan anak-anak ikut antre [makanan gratis]. Tapi tidak ada pengaturan jalur masuk, semua langsung saling dorong ketika pintu dibuka,” kata salah seorang warga.
Desakan yang terjadi di area pembagian konsumsi dan panggung hiburan menyebabkan beberapa warga jatuh dan terinjak-injak.
Kepolisian dan pihak medis mengonfirmasi tiga korban jiwa dalam kejadian tersebut. Korban pertama adalah Vania Aprilia, anak perempuan berusia delapan tahun asal Kelurahan Sukamentri, Garut Kota.
Kedua adalah Dewi Jubaedah, seorang perempuan lanjut usia berumur 61 tahun. Korban ketiga merupakan anggota Polri, Bripka Cecep Saeful Bahri yang berusia 39 tahun.