Bisnis.com, BANDUNG—Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta maaf pada aparatur sipil negara (ASN) Pemprov Jabar jika dirinya jarang menggelar pertemuan selama lima bulan menjabat.
Dedi Mulyadi mengatakan kondisi ini terjadi karena dalam setahun ini ia memutuskan untuk tidak selalu berada di kantor baik Gedung Pakuan atau Gedung Sate. Ia memutuskan akan berkeliling selama satu tahun ke depan.
“Saya setahun ini memutuskan untuk terus keliling menstimulus para bupati, karena saya mendampingi para bupati untuk berani ngambil keputusan, berani ngambil tindakan,” katanya, Kamis (3/7/2025).
Selain kepala daerah, ia juga rajin menyapa dan mendorong para kepala desa serta camat agar bisa bekerja dan bergerak untuk kebaikan daerah masing-masing.
Dedi Mulyadi menilai upayanya tersebut mulai membuahkan hasil, dimana sejumlah kepala daerah berani melakukan pembenahan.
“Anda lihat Kabupaten Bogor hari ini sudah dulu namanya Cibinong tidak tertata, hari ini tertata. Geser lagi Kota Bekasi sudah mulai rapi, taman-tamannya indah, sungainya mulai bersih. Geser lagi Kabupaten Bekasi sudah mulai rapi lagi. Geser lagi Subang beberapa titiknya sudah mulai bersih. Purwakarta sudah mulai bersih, sudah pada berani. Cianjur bupatinya sudah berani,” tuturnya.
Baca Juga
Menurutnya para kepala daerah berani karena melihat dirinya bisa bersikap tegas dan berani mengambil keputusan. Kedekatan dirinya dengan para kepala daerah juga memberi efek psikologis yang positif.
“Kenapa? Karena merasa gubernurnya ada begitu. Nah, tugas saya gubernur itu adalah mestimulus mereka untuk berani mengambil keputusan dan gubernur ada di sampingnya akan melakukan pembelaan selama mereka melaksanakan tugas dengan baik dan untuk kepentingan negara,” tuturnya.
Dedi juga memastikan pembelaannya sampai pada para kepala sekolah. Ia membuka diri agar para kepala sekolah dan para guru bisa berkomunikasi langsung terkait pengambilan keputusan.
“Setiap hari HP saya itu dibuka kepala sekolah kalau ada masalah itu komunikasi langsung, kamu ambil keputusan ini,” katanya.
Pihaknya menyakini bahwa inilah sikap dan tugas seorang pemimpin atau kepala daerah. “Dan pemimpin harus berani mukanya keciprat, kotoran hewan kudu berani,” pungkasnya.