Bisnis.com, CIREBON - Bulog memastikan tetap menyerap hasil panen petani meski masa panen raya telah berakhir di sebagian besar wilayah Cirebon, Majalengka, dan Kuningan.
Kepala Bulog Cirebon Ramaijon Purba menyatakan penyerapan gabah dan beras dari petani masih berlangsung di sejumlah wilayah seperti Cirebon, Kuningan, dan Majalengka. Meskipun volumenya sudah menurun dibanding puncak panen sebelumnya, pihaknya tetap berkomitmen melanjutkan serapan.
“Saat ini, penyerapan harian rata-rata mencapai 200 hingga 300 ton. Meskipun tidak sebanyak April lalu, kami tetap bergerak menyerap gabah petani,” ujar Ramaijon, Selasa (24/6/2025).
Ia menjelaskan, pada puncak panen April 2025 lalu, penyerapan gabah oleh Bulog Cirebon sempat menyentuh angka hampir 2.000 ton per hari. Sementara selama bulan Juni ini, Bulog masih menargetkan serapan hingga 10.000 ton, meski masa panen sudah memasuki akhir musim.
“Jika dilihat dari bulan-bulan sebelumnya, penyerapan terus kami genjot. Februari sekitar 15 ribu ton, Maret dan Mei masing-masing 28 ribu ton, dan April mencapai titik tertinggi yakni 50 ribu ton,” jelasnya.
Total hingga pertengahan Juni 2025, Bulog Cirebon telah menyerap sekitar 106.000 ton gabah dan 68.000 ton beras dari petani. Jika dikonversikan, total gabah yang telah diproses menjadi beras setara dengan 125.000 ton.
Baca Juga
Ramaijon menegaskan, Bulog tidak akan menghentikan kegiatan penyerapan selama gabah dan beras petani masih tersedia dan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah.
“Selama masih ada stok di lapangan dan kualitasnya sesuai, kami tetap menyerap,” katanya.
Tak hanya itu, Ramaijon juga menyebutkan bahwa hingga saat ini stok beras pemerintah yang dikelola oleh Bulog Cirebon telah mencapai 182.000 ton. Seluruh stok tersebut murni berasal dari hasil panen lokal, tanpa melalui skema impor.
“Kami tidak tergantung impor. Ini hasil dari kerja sama erat dengan petani dan mitra di wilayah kami,” ucapnya.
Untuk mendukung kelancaran proses serapan, Bulog Cirebon menggandeng hampir 100 mitra pengadaan dan 60 mitra pengolahan. Sistem kemitraan ini memungkinkan proses distribusi, pengolahan, dan penyimpanan gabah dan beras berjalan lebih efisien.
Ramaijon juga menyebut pihaknya aktif melakukan pendekatan langsung ke lapangan untuk memastikan panen petani tidak terbuang percuma.
“Kami jemput bola. Kalau ada panen dan mitra kesulitan menyalurkan, kami langsung bergerak. Jangan sampai gabah petani tidak terserap karena alasan teknis,” ujarnya.