Bisnis.com, CIREBON - Kawasan tambang batu di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, kembali menelan korban. Tanah longsor hebat yang terjadi pada akhir Mei 2025 menewaskan 17 pekerja tambang dan melukai enam lainnya.
Tragedi ini menambah panjang daftar kecelakaan kerja di wilayah rawan bencana yang terus beroperasi di bawah bayang-bayang lemahnya pengawasan.
Suara gemuruh mengguncang kawasan tambang pada pagi hari yang sibuk, disusul runtuhnya tebing batu di sisi timur. Material longsoran mengubur para penambang yang tengah menggali batu dan tanah.
Jaya (65), pedagang kaki lima yang telah belasan tahun mangkal di sekitar tambang, menyaksikan langsung detik-detik mencekam tersebut. "Saya lihat banyak yang lari, tapi 17 orang tidak sempat. Ini yang paling parah sepanjang saya di sini. Setiap tahun selalu ada longsor," kata Jaya, Sabtu (31/5/2025).
Sejak dibuka pada 2005, tambang Gunung Kuda terus berkembang, tetapi warga menyebut ekspansinya tidak sesuai izin resmi. Ardi (70), warga setempat, mengungkap, area yang digarap telah melebihi batas legal.
"Setau saya, izin hanya 10 hektare, tapi sekarang sudah lebih dari itu. Para pekerja bahkan tak pakai helm," katanya.
Baca Juga
BPBD Kabupaten Cirebon mencatat sedikitnya tujuh kejadian longsor antara 2018 hingga 2024. Penyebabnya konsisten: penggalian ekstrem tanpa perhitungan geologis. Kontur tanah Gunung Kuda dikenal labil, apalagi saat musim hujan.
Tahun ini, longsor tak hanya menjadi rutinitas tahunan, tapi berubah menjadi bencana kemanusiaan. Mayoritas korban adalah pekerja harian lepas tanpa perlindungan hukum atau keselamatan kerja.
"Kami cuma dikasih sekop, tidak ada pelatihan, tidak ada alat pelindung," kata seorang penambang selamat yang enggan disebutkan namanya.
Peristiwa longsor terjadi di area tambang batu Gunung Kuda pada Jumat (30/6/2025) siang saat puluhan penambang tengah melakukan aktivitas penambangan.
Berdasarkan dugaan awal, penyebab longsor adalah ketidakstabilan struktur tebing akibat hujan deras yang melanda wilayah tersebut selama beberapa hari sebelumnya.
Hingga saat ini, proses pencarian korban masih berlangsung dan akan dilanjutkan apabila situasi memungkinkan. Untuk menghindari risiko longsor lanjutan, pihak berwenang telah menutup seluruh jalur masuk ke lokasi tambang.
Dalam tragedi ini, sebanyak 17 penambang dinyatakan meninggal dunia dan telah berhasil ditemukan. Adapun nama-nama korban yang telah diidentifikasi adalah Sukandra bin Hadi, Andri bin Surasa, Sukadi bin Sana, Sanuri bin Basar, Dendi Irawan, Sarwa bin Sukira, Rusjaya bin Rusdi, Suparta bin Supa, Rio Ahmadi bin Wahyudin, Ikad Budiargo bin Arsia, Jamaludin, Wastoni, Toni, Rion Firmansyah, Sanadi, Sunadi, dan Sakir.