Bisnis.com, CIREBON — Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Kota Cirebon mengalami penurunan signifikan pada Januari 2025.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon, TPK tercatat hanya mencapai 45,67%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Kepala BPS Kota Cirebon Aris Budiyanto mengungkapkan sejak November 2024 hingga awal tahun 2025, Kota Cirebon tidak mencatat adanya lonjakan kunjungan wisatawan. Padahal, biasanya akhir tahun menjadi periode yang mendongkrak okupansi hotel.
“Data menunjukkan bahwa dari November hingga Januari, tidak ada peningkatan signifikan pada jumlah wisatawan yang datang. Ini berdampak langsung terhadap okupansi hotel-hotel bintang di kota ini,” ujar Aris, Rabu (9/4/2025).
Penurunan TPK ini mencerminkan masih lesunya sektor pariwisata di awal tahun. Terutama setelah periode libur akhir tahun yang biasanya menjadi momen lonjakan kunjungan wisata.
Selain tingkat hunian, rata-rata lama menginap tamu (RLMT) di hotel berbintang juga menunjukkan stagnasi. Pada Desember 2024, RLMT tercatat sebesar 1,37 hari.
Baca Juga
Namun pada Januari 2025, angka itu sedikit turun menjadi 1,31 hari. Angka tersebut menunjukkan bahwa wisatawan yang datang ke Cirebon tidak tinggal dalam waktu lama.
“Rata-rata lama menginap tamu relatif stabil. Tapi ini menunjukkan bahwa kunjungan ke Kota Cirebon masih bersifat singkat, bisa jadi hanya untuk urusan bisnis atau perjalanan singgah,” tambah Aris.
Beberapa pelaku usaha mengaku, perlu adanya promosi yang lebih masif. Selain itu, dibutuhkan pula penguatan atraksi wisata yang dapat memperpanjang durasi tinggal wisatawan.
“Kalau hanya untuk kuliner atau belanja, biasanya wisatawan hanya datang satu hari. Kita butuh event besar atau atraksi budaya yang membuat mereka menginap lebih dari satu malam,” ujar salah satu pengelola hotel di kawasan Jalan Siliwangi.
Menurutnya, Kota Cirebon memiliki potensi besar yang belum dimaksimalkan. Wisata sejarah seperti Keraton Kasepuhan dan Kanoman, serta kuliner khas seperti empal gentong dan nasi jamblang, seharusnya bisa jadi daya tarik utama.
Namun potensi tersebut perlu didukung infrastruktur, promosi digital, dan keterlibatan aktif masyarakat dalam menyambut wisatawan. Hal ini dinilai penting untuk menciptakan pengalaman yang berkesan bagi para pengunjung.
Dengan sinergi antara pemerintah daerah dan pelaku industri, diharapkan pemulihan sektor pariwisata bisa lebih cepat. Terutama menghadapi libur panjang pertengahan tahun yang akan datang.
Pemerintah Kota Cirebon sendiri berencana meningkatkan kolaborasi dengan komunitas kreatif, pelaku UMKM, serta asosiasi perhotelan. Tujuannya agar paket wisata yang ditawarkan bisa lebih variatif dan kompetitif di pasar domestik.