Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pangan Meroket Jelang Lebaran, Masyarakat Cirebon Tahan Konsumsi

Warga Cirebon, Jawa Barat mulai menahan konsumsi imbas meroketnya harga pangan jelang Lebaran. Ini alasannya.
ILUSTRASI. Pedagang menyortir cabai di pasar induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (16/3/2025). Bisnis/Abdurachman
ILUSTRASI. Pedagang menyortir cabai di pasar induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (16/3/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, CIREBON - Momentum Lebaran tahun ini diperkirakan tidak memberikan dampak pendorong yang signifikan terhadap perekonomian lokal, terutama di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. 

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, lonjakan harga bahan pokok sejak akhir tahun 2024 telah membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk kebutuhan konsumsi selama menjelang hari raya.

Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional menunjukkan kenaikan harga pada berbagai komoditas pangan di Kabupaten Cirebon. 

Beras kualitas premium yang sebelumnya dijual seharga Rp15.000 per kilogram kini mencapai Rp16.500 per kilogram. Beras kualitas medium naik dari Rp14.000 menjadi Rp15.000 per kilogram, sementara beras kualitas bawah meningkat dari Rp12.000 menjadi Rp14.500 per kilogram. 

Selain itu, harga daging ayam ras segar mengalami kenaikan dari Rp32.000 menjadi Rp35.500 per kilogram. Gula pasir lokal yang sebelumnya dijual seharga Rp18.000 per kilogram kini mencapai Rp19.000 per kilogram. Kenaikan juga terjadi pada cabai merah besar, dari Rp40.000 menjadi Rp41.000 per kilogram. 

Pada awal 2025, tren kenaikan harga terus berlanjut. Beras kualitas medium yang sebelumnya berada di kisaran Rp14.000 per kilogram melonjak hingga Rp15.000 per kilogram. 

Adapun, harga cabai rawit merah keriting meroket dari Rp8.000 per kilogram menjadi Rp50.000 hingga Rp70.000 per kilogram. Bawang merah naik dari Rp45.000 per kilogram menjadi Rp49.000 per kilogram, sementara bawang putih meningkat dari Rp95.000 per kilogram menjadi Rp110.000 per kilogram.

Beberapa faktor diduga menjadi penyebab kenaikan harga pangan yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Salah satunya adalah dampak dari perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pertanian. 

Musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 2024 menyebabkan gagal panen di beberapa daerah sentra produksi pangan, sehingga pasokan ke pasar menjadi berkurang.

"Kami sebagai pedagang juga merasa kesulitan. Harga beli dari supplier naik, otomatis kami harus menaikkan harga jual. Tapi, kalau harga terlalu tinggi, pembeli juga jadi berkurang," ungkap Ahmad, seorang pedagang di Pasar Sumber, Kabupaten Cirebon, Senin (24/3/2025).

Warga Tahan Belanja Lebaran

Kenaikan harga pangan ini membuat masyarakat Cirebon lebih selektif dalam berbelanja. Banyak warga yang memilih untuk mengurangi jumlah pembelian atau beralih ke barang-barang dengan harga lebih murah. 

Sebagai contoh, beberapa warga berencana memilih untuk membeli daging ayam sebagai pengganti daging sapi yang harganya lebih mahal.

"Kalau daging sapi mahal, ya beli ayam saja. Lebaran tetap bisa makan enak, tapi dengan budget yang lebih terjangkau," kata Siti Masithoh, seorang warga Sumber, Kabupaten Cirebon.

Selain itu, beberapa warga juga memilih untuk membeli barang-barang kebutuhan Lebaran secara bertahap, tidak sekaligus seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi beban pengeluaran yang terlalu besar dalam satu waktu.

Pemerintah Kabupaten Cirebon seharusnya mengambil beberapa langkah untuk membantu meringankan beban masyarakat. Salah satunya adalah dengan menggelar pasar murah yang menyediakan bahan pangan dengan harga lebih terjangkau. 

Pasar murah ini harusnya digelar di beberapa titik di wilayah Cirebon dan diharapkan dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pokok mereka.

"Kami akui gerakan pasar murah di Kabupaten Cirebon tidak terlalu masif," ujar Bupati Cirebon Imron Rosyadi.

Imron pun mengimbau para pedagang untuk tidak menaikkan harga secara berlebihan. Langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga di pasar dan mencegah inflasi yang lebih tinggi.

Meski begitu, Imron menyebutkan, kenaikan harga pangan ini tidak boleh dianggap remeh. Jika tidak segera diatasi, hal ini dapat mempengaruhi daya beli masyarakat secara keseluruhan dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di wilayah Cirebon.

"Kami akan berupaya meningkatkan produksi pangan lokal agar ketergantungan terhadap pasokan dari daerah lain dapat dikurangi," tutup Imron.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper