Bisnis.com, CIREBON - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Cirebon terus mengoptimalkan berbagai strategi untuk menekan inflasi di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning).
Berbagai langkah konkret dilakukan untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat, termasuk melalui operasi pasar murah, optimalisasi pasokan pangan, serta kerja sama antar daerah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Jajang Hermawan mengatakan pegendalian inflasi menjadi salah satu prioritas utama BI dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah.
"Inflasi yang terkendali akan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, kami terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan stakeholder terkait dalam menerapkan strategi pengendalian inflasi yang lebih terarah dan efektif,” kata Jajang, Kamis (13/2/2025).
Menurut Jajang, ada empat langkah utama yang menjadi fokus BI Cirebon dalam pengendalian inflasi, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
Salah satu upaya konkret yang dilakukan adalah pelaksanaan Gerakan Pangan Murah atau operasi pasar murah di berbagai titik di Ciayumajakuning. Langkah ini bertujuan untuk memastikan harga bahan pokok tetap terjangkau bagi masyarakat, terutama menjelang hari-hari besar atau saat harga komoditas cenderung naik.
Baca Juga
“Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk menggelar operasi pasar murah secara lebih targeted, atau tepat sasaran. Dengan demikian, masyarakat yang benar-benar membutuhkan dapat memperoleh manfaat secara langsung,” jelas Jajang.
Operasi pasar murah ini menyediakan berbagai bahan kebutuhan pokok dengan harga lebih rendah dibanding harga pasar. Sejumlah komoditas seperti beras, minyak goreng, gula, dan telur menjadi fokus utama dalam program ini.
Selain menjaga keterjangkauan harga, BI Cirebon juga berupaya memastikan ketersediaan pasokan pangan tetap stabil. Salah satu langkah yang dilakukan adalah optimalisasi Warung Peduli Inflasi (Waduli), sebuah program yang bertujuan untuk menjaga pasokan bahan pangan dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan pelaku usaha kecil.
“Waduli ini menjadi salah satu strategi inovatif kami dalam menjaga pasokan pangan di daerah. Melalui program ini, masyarakat dapat lebih mudah mengakses bahan pangan dengan harga stabil, sementara para pelaku usaha juga didorong untuk menjaga suplai yang memadai,” ungkap Jajang.
Menurutnya, dengan adanya program ini, risiko kelangkaan bahan pangan dapat diminimalkan, sehingga lonjakan harga yang tidak terkendali bisa dicegah.
Kelancaran distribusi menjadi faktor penting dalam pengendalian inflasi. Oleh karena itu, BI Cirebon turut mendorong pelaksanaan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antara wilayah yang mengalami surplus dan defisit komoditas tertentu.
Selain langkah-langkah teknis di lapangan, BI Cirebon juga menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dalam mengendalikan inflasi. Salah satunya melalui kampanye edukasi masyarakat tentang pentingnya belanja bijak dan pengelolaan ekspektasi inflasi.
“Kami menggunakan berbagai media, termasuk iklan layanan masyarakat, media sosial, serta forum diskusi dengan para pelaku usaha dan masyarakat, untuk memberikan edukasi tentang bagaimana berbelanja dengan bijak dan mengantisipasi kenaikan harga,” kata Jajang.
Jajang juga menambahkan, keberhasilan pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan sinergi antara BI, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat.
“Kami terus berkoordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di masing-masing kabupaten/kota agar langkah-langkah yang diambil benar-benar efektif. Selain itu, kami juga menggandeng para pelaku usaha untuk memastikan pasokan tetap terjaga,” tuturnya.