Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuaca Buruk Lumpuhkan Pesisir Garut, Nelayan dan Pedagang Merugi

Angin badai barat laut yang menerjang sejak awal Februari 2025 menyebabkan gelombang laut meninggi dan angin bertiup kencang.
Pekerja memindahkan ikan hasil tangkapan nelayan di Dermaga Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Selasa (9/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja memindahkan ikan hasil tangkapan nelayan di Dermaga Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Selasa (9/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, GARUT - Cuaca ekstrem kembali melanda kawasan pantai selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Angin badai barat laut yang menerjang sejak awal Februari 2025 menyebabkan gelombang laut meninggi dan angin bertiup kencang hingga mencapai kecepatan 60 kilometer per jam.

Kondisi ini tidak hanya berimbas pada keselamatan warga, tetapi juga menghambat aktivitas ekonomi di kawasan pesisir.

Pelaksana Tugas Kepala Satuan Polisi Air dan Udara (Polairud) Polres Garut Ipda Aef Safrudin mengatakan kondisi cuaca yang tidak menentu dapat menimbulkan risiko besar bagi siapa pun yang beraktivitas di pesisir.

"Kami mengimbau kepada seluruh warga, termasuk wisatawan dan nelayan, untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai hingga cuaca kembali stabil. Angin kencang yang terjadi saat ini tidak hanya meningkatkan tinggi gelombang, tetapi juga dapat memicu kecelakaan laut," kata Aef, Jumat (7/2/2025).

Ia menambahkan Polairud telah melakukan pemantauan rutin untuk memastikan tidak ada masyarakat yang tetap nekat beraktivitas di wilayah rawan. Langkah ini dilakukan demi mencegah terjadinya kecelakaan akibat cuaca ekstrem.

Selain itu, pihaknya juga memperingatkan warga untuk menghindari daerah yang banyak pepohonan. Tiupan angin kencang berisiko menyebabkan pohon tumbang, yang bisa berdampak pada bangunan maupun keselamatan warga.

Junaedi, seorang nelayan di Pantai Santolo, mengaku terpaksa menganggur sementara karena kondisi ombak yang terlalu tinggi.

"Biasanya saya melaut setiap hari, tetapi dengan angin sekencang ini, kami tidak berani mengambil risiko. Gelombang bisa tiba-tiba meningkat dan membahayakan perahu," ungkapnya.

Selain nelayan, pedagang yang biasanya menjajakan makanan dan suvenir di sekitar pantai juga terdampak. 

Siti Rahmah, seorang pedagang di kawasan wisata Pantai Sayang Heulang, menyebut bahwa sepinya pengunjung membuat omzetnya menurun drastis.

"Biasanya banyak wisatawan yang datang, terutama saat akhir pekan. Tapi sekarang pantai sepi, tidak ada yang berani ke sini karena cuaca buruk," keluhnya.

Ketua Balawista Pantai Santolo Dede Rustandi menuturkan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi situasi ini.

Menurutnya, angin kencang mencapai 60 kilometer per jam dan gelombang setinggi 2-3 meter bisa menjadi ancaman serius. Masyarakat maupun wisatawan diminta untuk menunda ke seluruh pantai di wilayah Garut selatan.

"Relawan kami selalu siap siaga untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Kami juga meminta warga yang tinggal di dekat pantai untuk segera melaporkan jika terjadi kejadian darurat akibat cuaca buruk ini," tambahnya.

Berdasarkan perkiraan cuaca, kondisi badai ini masih akan berlangsung selama beberapa pekan ke depan. Pihak berwenang berharap agar masyarakat tetap mengikuti arahan dan tidak mengambil risiko yang dapat membahayakan keselamatan mereka.

Sementara itu, warga pesisir berharap adanya solusi dari pemerintah agar mereka tetap dapat bertahan secara ekonomi di tengah kondisi yang sulit ini. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper