Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPOM Monev ke Industri Farmasi Raksasa di Bandung, Minta Fokus Garap Obat Asli Indonesia

Kualitas obat asli Indonesia yang bersumber dari rempah sudah teruji hingga diminati banyak negara sebagai bahan dasar pengobatan.
Kunjungan BPOM ke PT Cendo Pharmaceutical Industries di Kabupaten Bandung.
Kunjungan BPOM ke PT Cendo Pharmaceutical Industries di Kabupaten Bandung.

Bisnis.com, BANDUNG— Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan ruang tumbuh bisnis obat asli Indonesia masih sangat besar, sehingga pihaknya mendorong industri farmasi Tanah Air untuk mulai serius mengembangkan dan memproduksinya.

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan kualitas obat asli Indonesia yang bersumber dari rempah sudah teruji hingga diminati banyak negara sebagai bahan dasar pengobatan. Bahkan, tak kalah dengan Traditional Chinese Medicine (TCM) asal Tiongkok.

Hanya saja, memang TCM sudah terstandardisasi dan terkenal di dunia. Hal itu menurutnya harus sudah dilakukan untuk obat asli Indonesia.

"Obat asli Indonesia jumlahnya 17.200 lebih, yang terdaftar di Badan POM sekarang. Tapi itu yang dikembangkan untuk menjadi obat herbal terstandar baru 97. Berarti peluang kerja, peluang pengembangan masih sangat besar, ada ribuan," kata Taruna, saat mengunjungi perusahaan produsen obat PT Cendo di Kabupaten Bandung, Kamis (16/1/2024). 

Ia mengatakan obat asli Indonesia yang naik kelas menjadi obat fitofarmaka setingkat obat, khususnya dari obat tradisional, baru 21 item.

"Berarti peluang untuk pengembangannya masih sangat luar biasa. Ya mudah-mudahan nanti PT Cendo juga bisa memperluas apakah itu obat-obat yang sifatnya untuk mata," katanya.

Terlebih, ia melihat kebutuhan manusia terhadap obat tidak terbatas oleh batas teritorial. Sehingga kebutuhannya dipastikan terus meningkat karena dipicu perdagangan antarnegara.

"Saya yakin industri farmasi itu tidak akan pernah berkurang karena produknya sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Jadi harapan kami PT Cendo ini bisa saja bukan hanya di Indonesia tapi diekspor produknya, menjadi perusahaan global, menjadi industri multinasional, sehingga itu menjadi kebanggaan kita," katanya.

Ia mengatakan, saat ini ada 240 industri farmasi berskala besar di Indonesia. Sehingga perlu untuk terus diawasi agar standarnya terus terjaga. 

Dalam kunjungan ke Bandung, BPOM mengunjungi Biofarma, PT Cendo, dan Sanbe Farma.

Ia mengatakan, pihaknya melakukan monitoring terhadap industri farmasi dan mengevaluasi apakah sertifikasi yang sudah diberikan dilaksanakan sebagaimana mestinya, dari bagian hulu sampai hilirnya, mulai dari sertifikat cara pembuatan obat yang baik, sertifikasi clinical trial, sertifikasi produk, nomor izin edar, distributor, hingga surat keterangan ekspor.

Ia pun mendorong PT Cendo dengan 213 item model produknya untuk segera melakukan ekspor. Sebab produk-produknya sangat dibutuhkan bukan hanya di dalam negeri. Apalagi, katanya, Cendo memiliki hak paten terhadap 48 produk. Artinya itu produk-produk baru hasil inovasi. 

"Selain itu teknologi, saya sebagai seorang ahli farmakologi dan seorang entrepreneur global ya saya melihat kita tidak kalah dengan perusahaan-perusahaan besar yang lain seperti yang saya pernah kunjungi, Pfizer dan Moderna. Kita punya keunggulan karena spesifikasi dan spesialistiknya itu, dan saya melihat berdasarkan pengalaman saya, Cendo ini bisa go public, go internasional," katanya.

Direktur PT Cendo Pharmaceutical Industries Donny Hardiana berterima kasih atas kunjungan dan dukungan Kepala BPOM RI terhadap perkembangan perusahaannya.

"Sehingga kami bisa terus meningkatkan diri, terus berinovasi dan juga kami bisa menyampaikan apa yang kami rasa perlu didukung lebih banyak guna kami bisa melayani lebih banyak kebutuhan masyarakat Indonesia," katanya.

Ia mengatakan tentunya juga mengenai bagaimana perusahaannya untuk bisa ekspor sampai melakukan penelitian terhadap obat-obatan asli Indonesia.

"Kami akan fokus di sana [obat asli Indonesia] juga untuk mendukung program dari pemerintah," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper