Bisnis.com, CIREBON - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Cirebon menyebutkan penyaluran kredit BPR di Ciayumajakuning pada triwulan III 2024 terkonsentrasi pada tiga sektor utama.
Sektor bukan lapangan usaha lainnya mendominasi dengan porsi sebesar 47,18% atau senilai Rp961,71 miliar. Sektor ini mencakup kredit untuk berbagai kebutuhan di luar sektor formal seperti konsumsi dan keperluan pribadi.
Kemudian, disusul sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 35,66% atau Rp726,79 miliar. Sementara itu, sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan berkontribusi sebesar 4,78% atau senilai Rp97,36 miliar.
Kepala OJK Cirebon Agus Muntholib menyebutkan sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi sasaran utama penyaluran kredit BPR karena sektor ini sangat berperan dalam menggerakkan perekonomian di Ciayumajakuning.
Menurutnya, usaha perdagangan, baik besar maupun kecil, memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan daya beli masyarakat.
“BPR sangat berperan dalam mendukung sektor perdagangan yang menjadi roda penggerak perekonomian masyarakat lokal,” kata Agus, Senin (11/11/2024).
Baca Juga
Secara regional, kontribusi BPR di Ciayumajakuning terhadap penyaluran kredit di seluruh Jawa Barat juga terbilang signifikan. Data OJK menunjukkan bahwa porsi penyaluran kredit BPR di Ciayumajakuning mencapai 16,65% dari total kredit BPR di Jawa Barat.
Sementara itu, dana pihak ketiga yang dihimpun BPR di wilayah ini mencapai 17,90% dari total DPK BPR di Jawa Barat, dan aset BPR di Ciayumajakuning mencapai 15,71% dari total aset BPR di provinsi tersebut.
Agus menyatakan, OJK terus mendorong BPR untuk memperkuat perannya sebagai lembaga intermediasi, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
Melalui program roadmap pengembangan dan penguatan BPR dan BPR Syariah (RP2B) 2024-2027, OJK berkomitmen untuk mendorong BPR agar lebih fokus dalam memberikan dukungan pembiayaan bagi pelaku UMK.
“Kami ingin BPR semakin optimal dalam menyediakan kredit yang terjangkau bagi UMK. Ini sejalan dengan RP2B yang menjadi arah pengembangan dan penguatan BPR dalam lima tahun ke depan,” kata Agus.
Agus mengungkapkan peran BPR sangat penting dalam mendukung UMK di Ciayumajakuning, terutama dalam membantu pelaku usaha yang sulit mengakses layanan perbankan konvensional.
BPR memiliki keunggulan dalam memberikan layanan yang lebih fleksibel dan mudah diakses oleh pelaku usaha kecil. Dengan adanya BPR, masyarakat di daerah tersebut dapat memperoleh akses permodalan yang lebih mudah untuk mengembangkan usaha mereka.
“Dengan memperkuat peran BPR sebagai lembaga intermediasi, kami optimis bahwa BPR di Ciayumajakuning akan semakin berkontribusi bagi perekonomian lokal. Kami berharap BPR dapat memberikan dampak yang positif, terutama bagi pelaku UMK yang memerlukan dukungan modal usaha,” pungkas Agus.