Bisnis.com, BANDUNG— Penerapan Governance, Risk Management, dan Compliance (GRC) di dunia usaha dinilai mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Hal tersebut mengemuka dalam kajian yang dilakukan Pusat Studi Inovasi Digital/Center for Digital Innovation Studies (DIGITS) berkolaborasi dengan konsultan implementer GRC Veda Praxis.
CEO & Partner Veda Praxis Syahraki Syahrir mengatakan, pihaknya telah merilis hasil survei penerapan GRC dan persepsi masyarakat dan pelaku bisnis terhadap implementasi di Indonesia.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menarik dari hasil survei tersebut. Yakni, ternyata kesadaran GRC sudah cukup tinggi di pelaku bisnis, namun memang kendala dalam implementasi cukup banyak.
“Seperti biaya cukup tinggi untuk implementasi GRC, kemudian awareness dan pengetahuan yang dirasa masih kurang di masyarakat,” jelasnya baru-baru ini.
Lebih jauh, ia menjelaskan, GRC merupakan pengembangan dari Good Corporate Governance (GCG).
“Pada perkembangannya GCG itu tidak terlepas dari managemen risiko, dan juga kepatuhan terhadap regulasi,” jelasnya, beberapa waktu lalu.
Sehingga saat aspek tersebut terintegrasi, akan mendorong terciptanya iklim usaha yang baik dan hal itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang progresif.
Syahraki mengatakan, perlu adanya banyak ahli yang menguasai GRC, sehingga hal ini akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang efektif.
“Harapannya, kita studi bersama akademisi bisa mendorong akademisi makin giat melakukan penelitian di arah ini,” jelasnya.
Namun di sisi lain, awareness dari mahasiswa, karena lulus dari kampus, dengan pemahaman GRC yang baik bisa membantu bisnis,” tambahnya.
Oleh karena itu DIGITS dan Veda Praxis berupaya untuk mengajak semua pihak untuk mengambil peran dalam meningkatkan awareness dan implementasi Governance, Risk Management, dan Compliance (GRC).
Sementara itu Direktur DIGITS Unpad dan pimpinan tim riset Hamzah Ritchi memaparkan, meskipun kesadaran akan pentingnya GRC semakin meningkat, banyak perusahaan masih bergulat dengan implementasi teknis, terutama dalam memenuhi regulasi baru yang terus berkembang.
Hal ini kata dia menunjukkan adanya kesenjangan antara persepsi dan realita di lapangan, yang dapat berdampak pada keberlanjutan operasional dan kepatuhan terhadap standar industri.
Wakil Dekanat FEB sekaligus Kepala Departemen Manajemen dan Bisnis Unpad, Sulaeman Rahman Nidar menekankan pentingnya kolaborasi antara industri dan akademisi untuk memperbaiki kesenjangan dalam implementasi GRC.
Adapun riset kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen Veda Praxis dan DIGITS Unpad untuk mendukung para pemangku kepentingan, baik pelaku industri, pembuat kebijakan, maupun praktisi GRC, dalam menerapkan governance yang baik, pengelolaan manajemen risiko yang efektif, serta kepatuhan regulasi yang semakin mendesak di era transformasi digital ini.