Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Musim Kemarau di Cirebon Diprediksi Mei 2024

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau di Kabupaten Cirebon bakal terjadi pada Mei 2024.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, CIREBON - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau di Kabupaten Cirebon bakal terjadi pada Mei 2024.

Berdasarkan informasi, dari 699 ZOM di Indonesia menunjukkan sebagian besar wilayah diprediksi mengalami Awal Musim Kemarau 2024 pada bulan Mei hingga Agustus 2024 yaitu sebanyak 445 ZOM (63,66%). 

Puncak Musim Kemarau 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia pundiprediksi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024 yaitu sebanyak 537 ZOM (77,27%).

Dalam prakiraan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kemarau yang terjadi di Kabupaten Cirebon kerap berdampak ke 19 wilayah kecamatan.

Belasan kecamatan tersebut yaitu, Gebang, Greged, Gegesik, Gunung Jati, Kaliwedi, Klangenan, Talun, Tengah Tani‎, Suranenggala, Sedong, Panguragan, Beber, Mundu, Palimanan, Losari, Ciwaringin, Susukan, Karangwareng, dan Dukuhpuntang.

Dari 19 kecamatan yang terancam bencana kekeringan tersebut, berdampak ke 42 desa. Desa terbanyak yakni di Kecamatan Gununjati, yaitu Desa Babadan, Mayung, Sambeng, Pasindangan, Kalisapu, Astana, dan Grogol.

Beberapa kejadian dalam bencana kekeringan tersebut di antaranya kekurangan air bersih dan suplai air untuk irigasi.

"Kami sudah siap secara fisik, mulai dari mempersiapkan armada pengangkut air bersih dan berkoordinasi dengan dinas terkait,” kata Sub Koordinator Kebencanaan Ahli Muda BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda, Jumat (19/4/2024).

Untuk mengantisipasi bencana kekeringan saat kemarau, BMKG sudah ingatkan pemerintah daerah untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat kemarau lebih kering dari biasanya.

Pemerintah daerah dan masyarakat bisa melakukan penyimpanan air pada akhir Musim Hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper