Bisnis.com, CIREBON - Bank Indonesia perwakilan Cirebon memperkirakan inflasi di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) pada 2024 sebesar 2,5% atau menurun 0,5% dibandingkan 2023.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Hestu Wibowo mengatakan turunnya angka tersebut diprediksi karena ada tiga faktor.
Pertama, rendahnya permintaan masyarakat seiring dengan adanya bantuan sosial yang diberikan pada masa pemilihan umum (pemilu) 2024.
Kemudian, adanya insentif pajak untuk industri hilirisasi yang berpotensi menurunkan harga produk jadi. Terakhir, berlanjutnya sinergi berbagai program Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melalui Gerakan nasional pengendalian inflasi pangan.
"Inflasi Kota Cirebon selama tahun 2023 berada dalam tren penurunan dan sudah kembali berada pada target sasaran inflasi. Hal tersebut didorong oleh koordinasi dan sinergi yang baik dengan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program pengendalian inflasi," kata Hestu di Kota Cirebon, Kamis (4/12/2024).
Namun begitu, ada beberapa faktor yang diprediksi menjadi pemicu inflasi. Di antaranya, kenaikan harga pangan karena dengan berlanjutnya kebijakan proteksionisme seiring perluasan tensi geopolitik Israel-Palestina.
Baca Juga
Kemudian, risiko perpanjangan larangan ekspor beras oleh India pada 2024 serta risiko kenaikan harga listrik nonsubsidi per tahun 2024.
"Potensi kenaikan harga listrik industri yang termaterialisasi dalam harga produk akhir," kata Hestu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada akhir 2023 tercatat, dari 11 kelompok pengeluaran, lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi, dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi, dan empat kelompok tidak mengalami perubahan indeks.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yaitu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,46%; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,32%; kelompok transportasi sebesar 0,95%; kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran sebesar 0,08%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,61%.
Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,06%; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,09%.
Kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan indeks yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; kelompok kesehatan; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya; serta kelompok pendidikan.
Berdasarkan pantauan indeks harga konsumen (IHK), Ciayumajakuning merupakan daerah yang mengalami inflasi tertinggi ke-3 di Jawa Barat.