Bisnis.com, CIREBON—Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Cirebon menyebutkan, kejadian krisis air bersih di wilayah kerjanya terus meluas.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Cirebon, kejadian krisis air bersih yang dialami masyarakat terjadi di 12 desa dari 9 wilayah kecamatan.
Belasan desa tersebut yaitu, Desa Winduhaji (Kecamatan Sedong), Karangwuni (Kecamatan Sedong), Windujaya (Kecamatan Sedong), Sedong Kidul (Kecamatan Sedong), Sibubut (Kecamatan Gegesik), Dukuh (Kecamatan Kapetakan).
Kemudian, Desa Gempol (Kecamatan Gempol), Desa Slangit (Kecamatan Klangenan), Desa Girinata (Kecamatan Dukupuntang), Sampiran (Kecamatan Talun), dan Karanganyar (Karangwareng).
Bupati Cirebon, Imron Rosyadi mengatakan, untuk mengurangi dampak akibat krisis air bersih, pemerintah daerah mulai mendistribusikan air bersih ke belasan desa tersebut.
“Untuk sementara waktu kami mengantisipasi dengan cara membagikan air bersih yang didistribusikan langsung oleh BPBD,” kata Imron di Kabupaten Cirebon, Selasa (5/9/2023).
Baca Juga
Imron mengatakan, kondisi krisis air bersih yang terjadi di belasan desa tersebut bersamaan dengan potensi kebakaran lahan.
Ia meminta peran aktif masyarakat untuk mengantisipasi kejadian akibat kemarau panjang. "BPBD harus bisa mengedukasi masyarakat, agar hal seperti itu tidak terjadi," kata Imron.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa 63 persen wilayah Indonesia saat ini telah memasuki musim kemarau. Seiring dengan hal tersebut, puncak fenomena El Nino juga diprediksi akan berlangsung pada Oktober 2023.
Secara lebih rinci, wilayah Indonesia yang telah memasuki musim kemarau antara lain Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, hingga Papua Selatan.
Seiring dengan hal tersebut, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan, sejumlah wilayah yang diprediksi akan terdampak kekeringansignifikan karena fenomena El Nino yakni pulau Sumatra pertengahan hingga selatan, Riau bagian selatan, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Banten dan Jawa Barat.
Meskipun sepanjang Agustus hingga Oktober sejumlah wilayah mengalami curah hujan yang rendah. Untuk daerah yang memiliki topografi tinggi diprediksi tetap mengalami curah hujan yang terjaga.
Namun demikian, El Nino dilaporkan tidak hanya membawa dampak negatif saja. Di antara keuntungan yang terjadi selama fenomena El Nino melanda yakni meningkatnya panen garam khususnya untuk di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di samping itu, El Nino juga membawa dampak positif bagi para nelayan karena akan berimbas pada hasil tangkapan ikan yang meningkat.