Bisnis.com, BANDUNG—Kinerja dan capaian ekonomi Jawa Barat di masa kepemimpinan Gubernur Ridwan Kamil tahun 2019 hingga pertengahan 2023 menunjukkan peningkatan yang positif, meski masih ada sejumlah pekerjaan rumah.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunjukkan sejumlah indikator ekonomi mampu mencapai bahkan melampui target. Pada 2022, Jawa Barat mampu lepas dari tekanan, di mana laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat 2022 masih mencapai 5,45 persen year-on-year (yoy).
LPE 2022 nyaris mendekati LPE Jawa Barat di masa awal kepemimpinannya 2018 lalu di angka 5,65 persen dan melampaui LPE 2019 di angka 5,02 persen. Ridwan Kamil mencatat peningkatan LPE sempat mengalami kontraksi karena Covid-19 kemudian berangsur tumbuh.
LPE sendiri merupakan indikator apakah kondisi perekonomian di suatu daerah atau wilayah membaik atau memburuk.
“LPE Jawa Barat selalu meningkat setiap tahun, di tahun 2022 realisasinya sudah mencapai target akhir tahun 2023 dimana Jawa Barat menargetkan LPE 4,35 persen,” katanya, Rabu (19/7/2023).
Secara nasional LPE Jawa Barat pada 2022 berada pada urutan ke-7 di Indonesia. Namun Jawa Barat menempati posisi tertinggi dibanding wilayah lain di Pulau Jawa. Menariknya perbaikan ekonomi paling signifikan terjadi di wilayah Metropolitan Rebana yang digagas Ridwan Kamil dimana Majalengka tumbuh hingga 6,63 persen dan Kuningan 5,53 persen.
Baca Juga
“Jika dilihat secara kawasan laju pertumbuhan ekonomi cenderung tinggi di kawasan perkotaan dan rendah di perdesaan. Jika dilihat per kabupaten/kota, maka LPE tertinggi ada di Majalengka dan Karawang, yang terendah Indramayu,” tuturnya.
Sementara pada triwulan I 2023, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sudah mencapai 5 persen atau lebih tinggi dari target yang ditetapkan pada 2023. Pertumbuhan ini didorong oleh mulai normalnya kegiatan masyarakat dimana di tahun lalu masih ada pembatasan-pembatasan, sehingga aktivitas masyarakat meningkat.
Jawa Barat sendiri diakui gubernur masih terus mengejar penurunan tingkat ketimpangan sosial yang diukur lewat gini rasio. Pada 2022 lalu, index gini rasio mencapai 0,412 atau meleset 0,012 poin dari target 0,400. “Index gini Jawa Barat di Pulau Jawa hanya lebih rendah dari DI Yogyakarta dan DKI Jakarta,” katanya.
Sementara angka kemiskinan di Jawa Barat masih mengalami fluktuasi dari 2019-2022. Setelah sempat turun pada 2021 sebesar 7,97 pada 2022 naik satu poin menjadi 7,98. “Angka kemiskinan Jawa Barat mengalami perkembangan yang kurang lebih sama dengan provinsi lain di Pulau Jawa,” tutur Gubernur.
Kabar baiknya, sebanyak 165,02 ribu penduduk miskin di Jawa Barat pada periode Maret 2023, berhasil keluar dari garis kemiskinan setelah dinilai mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Jumlah tersebut didapat dari hasil sensus oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat jika dibandingkan dengan September 2022 lalu.
Ridwan Kamil menuturkan, penurunan kemiskinan tersebut tidak lepas dari kerja keras dan program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan Pemda Provinsi Jabar, mulai dari Gerbang Desa, Desa Digital, Investasi Padat Karya, Subsidi pendidikan dan kesehatan gratis, Petani Milenial, Sekoper Cinta, OPOP, sampai One Village One Company.
"Selama 2 tahun 2021-2023, Alhamdulillah, tidak ada penambahan warga miskin. Yang ada adalah penurunan warga miskin di Jawa Barat yang juga terbaik di Pulau Jawa. Sebanyak 310 ribu warga Jabar sudah naik kelas menjadi warga kelas menengah," katanya.
"Angka kemiskinan tahun 2023 turun dari 8,4 persen menjadi 7,62 persen, berada di bawah rata-rata nasional 9,36 persen. Setahun terakhir Maret 2022-Maret 2023 terjadi penurunan warga miskin sebanyak 182.380 warga, yang naik kelas ke kelas menengah. Terbaik dan terbanyak di Pulau Jawa," imbuhnya.
Tingkat pengangguran terbuka juga mengalami penurunan setiap tahunnya. Data menyebutkan persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2021 tercatat sebesar 8,92 persen, tahun 2022 turun menjadi 8,35 persen dan kuartal 1 2023 menjadi 7,89 persen.
Hingga akhir tahun diperkirakan jumlahnya akan semakin menurun dan bisa mencapai kondisi serupa di tahun 2019 sebesar 7,79 persen. TPT sempat mengalami kenaikan di tahun 2020 disebabkan pandemi Covid-19, tetapi hal itu dialami seluruh provinsi di Indonesia.
Kepala BPS Jabar Marsudijono mengatakan persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 7,62 persen, jumlah tersebut menurun 0,36 persen poin terhadap September 2022 dan turun sebesar 0,44 persen poin terhadap Maret 2022.
"Angka tersebut bila kita lihat dibandingkan dengan posisi September 2019 saat belum terjadi Covid-19, memang angka tersebut masih di atas angka pada September 2019 yaitu hanya mencapai 6,82 persen," dikutip dari rilis BPS Jabar, Senin (17/7/2023).
BPS mencatat secara jumlah, penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 3,89 juta orang, menurun 165,02 ribu orang terhadap September 2022 dan turun 182,39 ribu orang terhadap Maret 2022.
"Kalau di lihat Maret 2023 persentasenya sudah semakin membaik, ini menandakan progres pencapaian penanganan kemiskinan di Jawa Barat semakin hari semakin baik dan mudah-mudahan Tim Pengendali Kemiskinan di daerah tetap berupaya bisa mengendalikan angka kemiskinan ini bisa mencapai posisi pada September 2019," paparnya.
Membaiknya kinerja perekonomian Jawa Barat pada 2022 juga terus berlanjut pada triwulan I 2023. Perbaikan disertai dengan kondisi ketenagakerjaan yang membaik dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2023 tercatat 7,89 persen lebih rendah dari posisi Agustus 2022 pada 8,31 persen.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga melansir jika pendapatan per kapita Jawa Barat selalu meningkat dari tahun ke tahun dan selalu memenuhi target tahunannya setelah sempat sedikit turun tahun 2020 yang tentunya berkaitan dengan adanya pandemi Covid-19. Tahun 2019 pendapatan per kapita mencapai Rp43 juta, pada 2022 sudah menyentuh angka Rp49 juta.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Bambang Pramono menganalisa bahwa pertumbuhan ekonomi yang moncer ini disebabkan kebijakan Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang mampu menjaga performa kinerja investasi.
“Ini hal penting, realisasi investasi Jawa Barat tahun 2022 tercatat sebesar Rp174,58 triliun. Pencapaian realisasi investasi ini telah mencapai 103,14% atau melebihi target nasional yang tercatat sebesar Rp169,27 triliun, ini diluar dugaan,” tutur Bambang.
Menurutnya komitmen Ridwan Kamil terhadap investasi bisa dilihat dari upayanya menggandeng seluruh stakeholder termasuk Bank Indonesia untuk tetap menggenjot promosi investasi sejak masa pandemi Covid-19 bahkan di saat situasi perekonomian global yang tidak menentu.
“Upaya promosi dibekali dengan pemetaan potensi investasi yang ada di Jawa Barat, kebijakan itu juga didukung stakeholder, owner project yang memberikan komitmen investasi yang ditawarkan sudah siap. Dari sisi SDM Jawa Barat juga ditopang oleh SDM tinggi dan berkualitas juga infrastruktur yang jauh lebih siap dibanding provinsi lain,” katanya.
Menurutnya sejalan dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi Jawa Barat, kondisi kesejahteraan yang diindikasikan dengan tingkat kemiskinan juga menunjukan perbaikan. Pada September 2022, jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 4,05 juta orang atau menurun dari 4,07 juta orang pada Maret 2022.
Secara persentase, penduduk miskin menurun menjadi 7,98 persen September 2022 dari sebelumnya tercatat 8,06 persen Maret 2022. Kinerja ini lebih baik dibandingkan dengan prosentase kemiskinan nasional yang meningkat dari 9,54 persen Maret 2022 menjadi 9,57 persen.
“Penurunan tingkat kemiskinan ini merupakan hasil dari kinerja pemulihan ekonomi yang didukung oleh meningkatnya UMK dan bantuan subsidi tenaga kerja yang gencar diberikan sepanjang tahun 2022. Rata rata UMK Jabar meningkat 7,09 persen dari Rp3,072.637 menjadi Rp3.291.624 tahun 2023,” pungkasnya.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad Fery Hadianto mengatakan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat menunjukan kondisi yang positif pasca terperosok pandemic Covid-19. “Kinerja pertumbuhan perekonomian Jawa Barat lebih tinggi dibanding nasional, ini sudah terjadi sejak 2019-2023,” tuturnya.
Menurutnya kondisi ini ditopang oleh stabilitas politik dan kondusivitas yang tetap terjaga. Selain itu pertumbuhan ekonomi sudah mulai diarahkan ke wilayah Timur Jawa Barat ditopang tuntasnya infrastruktur strategis seperti Pelabuhan Patimban hingga Tol Cisumdawu.