Bisnis.com, BANDUNG -- Program One Pesantren One Product (OPOP) milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dinilai sukses meningkatkan kembali marwah pesantren sebagai pusat kegiatan masyarakat, baik secara sosial, keilmuan dan tentu saja perekonomian.
Ekonom asal Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi mengatakan program OPOP menjadi signature bagi Jawa Barat yang memang memiliki pesantren yang terbanyak di Indonesia. Sehingga, OPOP memungkinkan menjadi episentrum perekonomian di masyarakat.
Pasalnya, melihat dari fitrah pesantren, kecenderungan masyarakat bakal mengikuti apa yang disampaikan atau ajakan dari tokoh agama di pesantren tersebut. Pun dalam hal aktivitas ekonomi.
"Saya rasa ini akan berimbas tidak hanya bagi internal pesantren, tapi juga kepada masyarakat sekitar pesantren," imbuhnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Untuk itu, ia meminta program ini tidak hanya selesai di masa pemerintahan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saja. Sehingga, secara kualitas, pesantren di Jawa Barat akan terkatrol tidak hanya unggul dalam urusan ilmu agama islam, tapi juga urusan kemandirian.
"Saya rasa ke depan jangan dulu bicara soal kuantiti, tapi bagaimana meningkatkan kualitas pesantren, itu yang lebih penting," ungkapnya.
Selain itu, ia memberi catatan agar ke depan, program ini bisa dikembangkan agar memberikan aksebilitas kepada pesantren sesuai dengan kebutuhan pesantren tersebut.
Mengingat, pesantren di Jawa Barat memiliki kebutuhan yang berbeda. Mulai dari start up, scale up, hingga kebutuhan akses investasi, bagi pesantren yang sudah melampaui dua tahap sebelumnya tersebut.
"Bisa jadi ada yang sudah masuk ke tahap membutuhkan ekspansi lewat sokongan investor, sehingga ke depan ini akan menjadi cara yang baik," jelas Acu, sapaan akrab Acuviarta.