Bisnis.com, PURWAKARTA – Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta berencana memoles puluhan cagar budaya yang ada di wilayah ini.
Minimalnya, di kawasan itu nantinya ada media untuk menampilkan sinopsis atau ringkasan cerita mengenai sejarah peradaban peninggalan nenek moyang itu.
Kepala Bidang Kebudayanaan, Disporaparbud Kabupaten Purwakarta Wawan Supriatna menuturkan, keberadaan kawasan cagar budaya ini perlu dilestarikan keberadaannya. Karena, menurutnya, ini memiliki nilai penting bagi sejarah, baik untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, atau sejarah kebudayaan.
"Kedepan kami rencanakan penataan. Supaya, cagar budaya ini tidak kehilangan riwayatnya yang kalau kata orang Sunda mah Pareumeun Obor," ujar Wawan kepada Bisnis.com, Rabu (3/5/2023).
Menurut Wawan, penataan yang akan dilakukan jajarannya bukan untuk mengubah tata letak atau keberadaannya. Melainkan, kata dia, lebih kepada penambahan fasilitas. Misalnya, dengan menyiapkan media yang bisa menampilkan soal sejarah cagar budaya tersebut.
Wawan menjelaskan, di wilayahnya ini ada puluhan kawasan cagar budaya peninggalan sejarah yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan perjalanan nenek moyang terdahulu. Kebanyakan, bersifat kebendaan peninggalan sejarah. Di antaranya berupa situs, sumber mata air purba, makam nenek moyang, hingga bangunan-bangunan bersejarah.
"Hasil inventarisasi kami, ada 26 kawasan cagar budaya yang tersebar di sejumlah kecamatan," kata dia.
Adapun beberapa kawasan cagar budaya ini, kata dia, di antaranya yakni Goa Jepang yang ada di Kecamatan Kiarapedes. Kemudian, Situs Pangcalikan dan Batu Peti yang lokasinya berdekatan dengan Waduk Jatiluhur. Serta beberapa mata air purba dan makam leluhur.
Untuk di wilayah perkotaan pun ada. Namun, cagar budaya ini kebanyakan berupa bangunan-bangunan bersejarah. Di antaranya, Masjid Agung Baing Yusuf, Gedung keresidenan atau yang saat ini jadi kantor Bakorwil, Gedung Kembar di sekitar stasiun, Gedung Negara atau kantor bupati dan Pendopo, serta Situ Buleud.
"Saat ini, kami juga sedang melakukan inventarisasi ulang. Karena, hasil penelusuran kami masih ada beberapa cagar budaya yang belum terdata. Di antaranya, bangunan tua yang saat ini digunakan gedung sokolah dan perguruan tinggi ternama ," tambah dia. (K60)