Bisnis.com, CIREBON - Petambak garam di Kabupaten Cirebon menantikan musim kemarau tahun ini kembali panjang. Tiga tahun terakhir, petambak di Kabupaten Cirebon hanya bisa gigit jari.
Sukana, 55, petambak garam di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon menyebutkan, tiga terakhir ini selama musim kemarau masih sering diguyur hujan. Hal itu menyebabkan proses kristalisasi garam menjadi rusak.
“Kalau ada hujan, semua garam pasti menjadi rusak. Tetapi kemarau, proses dari air laut menjadi lebih cepat. Semoga tahun ini menjadi lebih baik. Dalam satu minggu terakhir sudah tidak ada hujan,” kata Sukana di Kabupaten Cirebon, Kamis (27/4/2023).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi garam di Kabupaten Cirebon sepanjang 2022 hanya sebesar 908 ton. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan tahun 2021 sebanyak 1.203 ton.
Daerah produksi garam terbanyak di kabupaten tersebut yakni Kecamatan Pangenan dengan hasil 400 ton. Kemudian, Kecamatan Kapetakan menjadi daerah terbanyak dengan hasil 285,7 ton.
Selain angka produk menurun, lahan tambak Lahan tambak garam di Kabupaten Cirebon terus menyusut akibat adanya alih fungsi menjadi kawasan permukiman atau alih tanam ke komoditas lainnya.
Saat ini, tambak garam di Kabupaten Cirebon berada di delapan wilayah kecamatan yakni, Losari, Gebang, Pangenan, Astanajapura, Mundu, Gunung Jati, Kapetakan, dan Suranenggala.
Dari delapan wilayah tersebut, luas tambak garam yang tersisa sebanyak 1.011 hektare. Sementara pada 2021, luas lahan tersebut 2.408 hektare.
Saat ini, lahan pertanian garam di Kabupaten Cirebon paling luas berada di Kecamatan Pangenan, seluas 785 hektare. Sementara paling kecil berada di Kecamatan Gunung Jati, dengan luas hanya 4 hektare.
Selain penyusutan lahan, jumlah petambak garam terus berkurang. Sepanjang 2022, tersisa 924 orang. Sementara pada tahun sebelumnya, tercatat ada 1.212 orang.
Petambak garam, Suhartono mengatakan, terpaksa menjual sebagian lahan tambak garam miliknya lantaran dalam beberapa tahun terakhir tidak mengalami peningkatan produktivitas.
"Luas lahan saya 10 hektare, saya jual setengahnya. Saya bingung, karena tidak ada pendapatan sama sekali," kata Suhartono.