Bisnis.com, CIREBON - Lahan tambak garam di Kabupaten Cirebon terus menyusut akibat adanya alih fungsi menjadi kawasan permukiman atau alih tanam ke komoditas lainnya.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), tambak garam di Kabupaten Cirebon berada di delapan wilayah kecamatan yakni, Losari, Gebang, Pangenan, Astanajapura, Mundu, Gunung Jati, Kapetakan, dan Suranenggala.
Dari delapan wilayah tersebut, luas tambak garam yang tersisa sebanyak 1.011 hektare. Sementara pada 2021, luas lahan tersebut mencapai 2.408 hektare.
Saat ini, lahan pertanian garam di Kabupaten Cirebon paling luas berada di Kecamatan Pangenan, seluas 785 hektare. Sementara paling kecil berada di Kecamatan Gunung Jati, dengan luas hanya 4 hektare.
Selain penyusutan lahan, jumlah petambak garam terus berkurang. Sepanjang 2022, tersisa 924 orang. Sementara pada tahun sebelumnya, tercatat ada 1.212 orang.
Petambak garam, Suhartono mengatakan terpaksa menjual sebagian lahan tambak garam miliknya lantaran dalam beberapa tahun terakhir tidak mengalami peningkatan produktivitas.
"Luas lahan saya 10 hektare, saya jual setengahnya. Saya bingung, karena tidak ada pendapatan sama sekali," kata Suhartono di Kabupaten Cirebon, Kamis (16/3/2023).
Selain menjual lahan, petambak garam terpaksa beralih menjadi petani bawang merah.
Petambak garam, Toto mengatakan, saat ini, para petani garam di Pangenan sudah menyiapkan lahan untuk ditanami bawang. Tanaman bawang, diklaim tahan dengan curah hujan tinggi.
“Karena garam tidak bisa diproduksi di musim hujan seperti ini, kami beralih menanam bawang merah,” kata Toto.
Ia menjelaskan, luas areal penanaman bawang merah tentu berbeda dengan lahan yang dicadangkan untuk produksi garam. Karena tanah yang asin tidak cocok untuk ditanami bawang merah atau tanaman lainnya.
Selain menanam bawang, ada sebagian kecil petani yang memanfaatkan lahan garam untuk menanam bandeng atau udang saat musim hujan. “Tapi itu sangat sedikit, karena modalnya cukup besar,” kata Toto.
Petambak lainnya, Warpin menjelaskan menanam bawang merah membutuhkan modal yang cukup besar dan keuntungannya yang bisa raup tinggi.
Namun, risiko yang akan diterima petani yang menanam bawang yakni, terserang hama atau anjloknya harga di pasaran.
“Untuk satu hektar lahan bawang merah ia kini membutuhkan modal sekitar Rp40-50 juta. Itu belum termasuk sewa satu hektar yang setara dengan Rp10-15 juta dalam satu musim,” kata Warpin.