Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ribuan Hektare Lahan Pertanian di Kabupaten Cirebon Kena Dampak Banjir

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, ribuan hektare lahan pertanian tersebut berada di 13 kecamatan.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, CIREBON - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon mencatat 5.760 hektare lahan pertanian padi terkena dampak banjir. Curah hujan tinggi selama satu bulan terakhir menjadi biang kerok permasalahan tersebut.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, ribuan hektare lahan pertanian tersebut berada di 13 kecamatan.

Belasan kecamatan tersebut yakni, Astanajapura, Mundu, Pangenan, Mundu, Plered, Gunungjati, Kapetakan, Arjawinangun, Panguragan, Susukan, Gegesik, Kaliwedi, Suranenggala, dan Jamblang.

Kepala Distan Kabupaten Cirebon Asep Pamungkas kawasan pertanian yang paling banyak terkena dampak banjir ada di Kecamatan Kapetakan. Wilayah bagian utara ini, 1.795 hektare terendam banjir.

Selain Kapetakan, bencana banjir yang melanda pun merendam lahan pertanian padi di Kecamatan Gegesik. Tercatat, ada 1121 hektare ikut terendam.

“Kecamatan Kapetakan menjadi wilayah paling luas lahan pertaniannya yang terendam banjir. Karena, wilayah tersebut berada di kawasan muara,” kata Asep saat ditemui di Komplek Perkantoran Pemkab Cirebon, Kabupaten Cirebon, Rabu (1/2/2023).

Selain itu, dari 5.760 hektare lahan yang ada di Kabupaten Cirebon ini, 3.478 hektare lainnya mengalami gagal tanam. Terbanyak ada di Kecamatan Kapetakan mencapai 1.380 hektare.

“Petani yang mengalami gagal tanam harus melakukan kembali tanam ulang,” kata Asep.

Distan Kabupaten Cirebon mencatat, penyebab ribuan hektare lahan terendam yakni, akibat luapan dari beberapa sungai besar dan terjangan banjir rob dari Laut Jawa.

Asep mengatakan, permasalahan banjir di lahan pertanian menjadi tanggung semua pihak, salah satunya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung sebagai otoritas.

Kejadian yang terjadi pada awal 2023 ini, terparah dalam 5 tahun terakhir dan menyebabkan kerugian hingga Rp23 miliar.

“Satu hektare kira-kira mengalami kerugian hingga Rp6,8 juta. Bila kondisi ini terus terjadi, panen raya perdana pada 2023 bakal mundur menjadi April atau Mei,” kata Asep.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper