Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Ribuan Hektare Lahan Pertanian di Kabupaten Cirebon Kena Dampak Banjir

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, ribuan hektare lahan pertanian tersebut berada di 13 kecamatan.
Hakim Baihaqi
Hakim Baihaqi - Bisnis.com 01 Februari 2023  |  15:45 WIB
Ribuan Hektare Lahan Pertanian di Kabupaten Cirebon Kena Dampak Banjir
Ilustrasi - JIBI

Bisnis.com, CIREBON - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon mencatat 5.760 hektare lahan pertanian padi terkena dampak banjir. Curah hujan tinggi selama satu bulan terakhir menjadi biang kerok permasalahan tersebut.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, ribuan hektare lahan pertanian tersebut berada di 13 kecamatan.

Belasan kecamatan tersebut yakni, Astanajapura, Mundu, Pangenan, Mundu, Plered, Gunungjati, Kapetakan, Arjawinangun, Panguragan, Susukan, Gegesik, Kaliwedi, Suranenggala, dan Jamblang.

Kepala Distan Kabupaten Cirebon Asep Pamungkas kawasan pertanian yang paling banyak terkena dampak banjir ada di Kecamatan Kapetakan. Wilayah bagian utara ini, 1.795 hektare terendam banjir.

Selain Kapetakan, bencana banjir yang melanda pun merendam lahan pertanian padi di Kecamatan Gegesik. Tercatat, ada 1121 hektare ikut terendam.

“Kecamatan Kapetakan menjadi wilayah paling luas lahan pertaniannya yang terendam banjir. Karena, wilayah tersebut berada di kawasan muara,” kata Asep saat ditemui di Komplek Perkantoran Pemkab Cirebon, Kabupaten Cirebon, Rabu (1/2/2023).

Selain itu, dari 5.760 hektare lahan yang ada di Kabupaten Cirebon ini, 3.478 hektare lainnya mengalami gagal tanam. Terbanyak ada di Kecamatan Kapetakan mencapai 1.380 hektare.

“Petani yang mengalami gagal tanam harus melakukan kembali tanam ulang,” kata Asep.

Distan Kabupaten Cirebon mencatat, penyebab ribuan hektare lahan terendam yakni, akibat luapan dari beberapa sungai besar dan terjangan banjir rob dari Laut Jawa.

Asep mengatakan, permasalahan banjir di lahan pertanian menjadi tanggung semua pihak, salah satunya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung sebagai otoritas.

Kejadian yang terjadi pada awal 2023 ini, terparah dalam 5 tahun terakhir dan menyebabkan kerugian hingga Rp23 miliar.

“Satu hektare kira-kira mengalami kerugian hingga Rp6,8 juta. Bila kondisi ini terus terjadi, panen raya perdana pada 2023 bakal mundur menjadi April atau Mei,” kata Asep.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

cirebon gagal panen produksi padi
Editor : Ajijah

Artikel Terkait



Berita Terkini

Terpopuler

Download Aplikasi E-Paper sekarang dan dapatkan FREE AKSES selama 7 hari!
back to top To top