Bisnis.com, BANDUNG--Angkutan massal berbasis listrik di kawasan Bandung Raya mulai dioperasikan akhir pekan ini.
Hal ini sebagai solusi masterplan karena mayoritas penduduk di kawasan Bandung menggunakan transportasi pribadi mencapai sekitar 84 persen.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan transportasi massal ini memiliki berbagai jenis yang disesuaikan dengan kondisi dataran dan cekungan jalan seputar Bandung Raya, sehingga ada perbedaan dengan kota besar lainnya dan memiliki banyak tantangan tertentu.
"Di Bandung berbeda dengan Jakarta, Semarang atau Surabaya yang tanahnya datar dan jalannya lebar. Cekungan Bandung atau kawasan Bandung Raya ini jalanya kecil-kecil, berkelok-kelok, dan berbukit-bukit", ujar Ridwan Kamil, Minggu (25/12/2022).
Kawasan Cekungan Bandung meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil menambahkan, BRT (Bus Rapid Transit) secara aktif sudah beroperasi menggunakan 8 bus listrik dengan kapasitas 25 penumpang per bus. Sedangkan untuk transportasi antar regional akan ada LRT (Lintas Rel Terpadu) yang sudah disepakati rutenya.
"Nah awal Januari para kepala daerah Bandung Raya akan berhimpun untuk menyepakati anggaran, juga komitmen operasional dan lain-lain," tambahnya.
Adanya kekhawatiran terhadap ekosistem angkutan umum (angkot), Kang Emil mengimbau, mereka akan dikonversikan ke dalam bus BRT, dan sopirnya menjadi bagian konsorsium transportasi publik.
"Waktu jadi sopir angkot pendapatannya sekian, nanti jadi sopir bus pendapatannya juga sekian, hanya berubah yang tadinya sopir angkot nanti menjadi sopir bus," pungkasnya.
Sementara itu, bus listrik produksi PT Inka Multi Solution Service sudah disesuaikan dengan kontur geografis kawasan Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang.
Dirut PT Inka Multi Solution Service (IMSS) Junaidi menjelaskan bus listrik yang dioperasikan di kawasan Bandung Raya sudah diuji coba di berbagai kondisi jalan seperti tanjakan, turunan, jalan raya, dan jalan tol.
"Ini sudah kita uji coba baik di tanjakan, turunan, jalan raya, dan jalan tol dengan tenaga dan kecepatan yang disesuaikan. Ukuran panjang lebarnya juga sesuai dengan wilayah Bandung Raya yang rata-rata jalannya sempit," ujar Junaidi.
Menurut Junaidi, pihaknya juga menurunkan tim mekanik yang akan merawat bus listrik tersebut selama beroperasi di Bandung Raya. Saat ini baru Bandung dan Surabaya yang mengopersikan bus listrik yang juga dipakai saat KTT G20.
"Setiap kami meluncurkan produk, kami tempatkan juga tim maintenance untuk merawat bus ini. Sejauh ini baru Bandung dan Surabaya yang sudah menggunakannya," paparnya.
Junaidi menuturkan, terkait fasilitas pendukung ada dua Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), yaitu di pool dan di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung.
"Khusus untuk bus ini, ada dua SPKLU, yaitu di pool bus dan di Terminal Leuwipanjang. Sebenarnya masih bisa ditambah, tapi nanti itu tergantung pemerintah daerah dan PLN," ujarnya.
PT. IMSS sendiri total sudah memproduksi 30 unit bus listrik. Untuk Bandung Raya, saat ini dioperasikan delapan unit yang merupakan hibah dari Kementerian Perhubungan RI.
Peluncuran Angkutan Massal Bandung Raya Go Green dilakukan Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Terminal Leuwipanjang dan Hotel Preanger Kota Bandung.