Bisnis.com, BANDUNG — Isu krisis pangan global dan masih tingginya ketergantungan pada pangan impor menjadi salah satu konsentrasi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan isu ketahanan pangan mengemuka karena pihaknya menilai suatu hari masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Barat tidak perlu lagi bergantung pada pangan impor.
“Dari sekarang kita mulai upaya-upaya mengurangi secara nasional, negara, masyarakat untuk mengurangi potensi-potensi krisis pangan,” katanya kepada tim Jelajah Investasi Jawa Barat di Bandung.
Menurutnya pihaknya akan terus menggalakan konsep urban farming, mendorong warga memanfaatkan lahan kosong di rumah untuk ditanami komoditas pangan, dan secara luas terus mendorong program petani milenial. “Kita juga akan manfaatkan lahan-lahan pemerintah yang kosong untuk ditanami,” ujarnya.
Ridwan Kamil mengaku dua tahun terakhir hingga kini, sejumlah guncangan sedang terjadi. Mulai dari guncangan suplai akibat perang Rusia VS Ukraina dan belum selesainya pandemi Covid-19.
Sebagai antisipasi jangka pendek, dia melihat perlu mengendalikan komoditas yang harganya fluktuatif. “Jadi kita canangkan Jabar Urban Farming untuk menanam komoditas,” katanya.
Menurutnya urban farming bisa mengisi kebutuhan warga atas pangan yang selama ini selalu dikendalikan oleh hukum pasar. “Sehingga kekurangan yang selama ini diatur oleh hukum pasar bisa kita kendalikan sendiri,” tuturnya.
Selain bisa menjadi senjata mengatasi krisis pangan, dia menilai hal tersebut bisa mengurangi potensi terjadinya inflasi. “Kalau inflasi tinggi anda anda semua gak bisa beli barang dgn harga murah, akhirnya pendapatan tergerus kesejahteraan juga jadi menurun,” katanya.
Sementara untuk strategi jangka panjang, pihaknya akan terus menggenjot kerjasama antar daerah di Jawa Barat untuk lebih kongkrit.
Dia mencontohkan komoditas yang dihasilkan oleh daerah di jual ke Jakarta, kemudian dari Jakarta dijual ke daerah lain di Jawa Barat. Menurutnya daerah pemasok harus didorong mengikat kesepahaman dengan daerah yang membutuhkan pasokan.
“Kalikan sejumlah komoditas yang banyak, itu cara kita mempertahankan agar Jabar inflasi rendah, karena jaminan suplai yang kita kendalikan melalui kerja sama,” tuturnya..
Data Bank Indonesia mencatat pertumbuhan impor Jawa Barat di triwulan I 2022 secara keseluruhan menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan IV 2021 sehingga turut menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bea Cukai, pertumbuhan impor luar negeri Jawa Barat tercatat sebesar 8,48% (yoy), dari sebelumnya sebesar 27,76% (yoy) di triwulan IV 2021 (Grafik 1.19).
Berdasarkan negara asalnya, impor Jawa Barat masih didominasi oleh impor asal Tiongkok (24,58%), Korea Selatan (18,16%), ASEAN (17,58%), serta Korea Selatan (14,29%). Apabila dilihat dari jenis penggunaannya, di awal tahun 2022 komposisi impor terdiri dari bahan baku, barang modal dan barang konsumsi
Pelepasan tim jelajah investasi Jabar dipimpin langsung Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Hadir mendampingi Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar Jefry D Putra, Direktur Utama PT Migas Utama Jabar (MUJ) Begin Troys, Presiden Direktur Bisnis Indonesia Lulu Terianto, GM Konten Bisnis Indonesia Surya Mahendra, GM Marketing Bisnis Indonesia Vanie Simanjuntak, dan jajaran Bisnis Indonesia perwakilan Bandung.
Jelajah Investasi Jabar digelar Bisnis Indonesia perwakilan Bandung terselenggara berkat dukungan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jabar, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, PT Migas Utama Jabar, Bank BJB, PT Jamkrida Jabar, PT IBRM, dan Pemkab Sumedang.