Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua Tahun Terakhir Produksi Garam di Cirebon Anjlok, Ini Biang Keroknya

Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon menyebutkan produksi garam selama dua tahun terakhir ini anjlok.
Petani memasukkan garam yang baru dipanen ke dalam karung di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (25/5/2022). ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Petani memasukkan garam yang baru dipanen ke dalam karung di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (25/5/2022). ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Bisnis.com, CIREBON - Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon menyebutkan produksi garam selama dua tahun terakhir ini anjlok. Akibatnya, para petani di sepanjang pesisir pantai utara ini harus menanggung kerugian.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKPP Kabupaten Cirebon Mohammad Jamaludin mengatakan pada 2019 produksi garam di wilayahnya mencapai 163.000 ton.

Namun, pada 2020 turun menjadi 2.600 ton. Kondisi tersebut, kian parah pada 2021 yakni, hanya sekira 1.200 ton saja.

"Tahun ini sebagian besar gagal panen. Meskipun sekarang kemarau, tetapi masih ada banyak hujannnya. Selain itu, bencana banjir rob juga berpengaruh terhadap produksi garam," kata Jamaludin di Kabupaten Cirebon, Rabu (24/8/2022).

Jamaludin mengatakan, pihaknya mendorong pemerintah pusat untuk mengeluarkan solusi terkait permasalahan produk garam. Salah satunya, melalui pembangunan tanggul di wilayah pesisir.

Kemudian, dibangunkan pula pipanisasi dari tengah laut ke lokasi tambak garam milik petani. Kandungan NACL air di tengah, bakal menghasilkan garam kualitas baik.

"Kami terbatas kewenangan. Maka dari itu, kami ajukan kepada pemerintah pusat untuk memecahkan solusi yang dihadapi para petani garam," katanya.

Ratusan hektare lahan pertanian garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, kembali terendam banjir rob dan abrasi. Kondisi tersebut sering terjadi dalam tiga tahun terakhir.

Perwakilan petani garam Desa Rawaurip, Ismail Marzuki mengatakan Agustus ini seharusnya sebagian petani melakukan panen garam. Namun, akibat banjir rob, proses panen pun gagal.

"Ya kalau dijumlah ya ratusan hektare yang sudah terendam air rob dan tidak bisa digarap. Paling hanya seperempat lahan garam yang bisa produksi tahun ini, itu pun mereka kesusahan juga mengolahnya," kata Ismail.

Ismail mengatakan, banjir rob yang terjadi mengakibatkan penurunan jumlah produksi. Pada 2020, dari luas 7.500 meter persegi, hanya menghasilkan 7 ton garam dan 2021, 5 ton saja.

Menurut Ismail, dari 7.500 meter persegi lahan pertanian, idealnya menghasilkan 85 ton garam.

"Padahal harga saat ini lagi bagus, yakni Rp1.300 per kilogram. Percuma juga harga tinggi, kami tidak bisa produksi kok. Kalau semua bisa produksi ya bisa saja harga garam seperti dulu-dulu. Saat panen raya malah anjlok di angka Rp100 perkilogramnya," kata Ismail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper