Bisnis.com, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan sudah memasang kuda-kuda atas adanya ancaman stagflasi di perekonomian global.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan pihaknya sudah siap menghadapi kondisi ekonomi global karena telah menyiapkan tujuh sektor untuk merespons perubahan ekonomi global. Salah satu strateginya adalah pemanfaatan digitalisasi sebagai efesiensi.
"Digitalnya juga hingga di desa-desa. Sehingga kita bisa memaksimalkan kekuatan merespon krisis global dengan memperkuat di daerah," katanya, Rabu (20/7/2022).
Ada juga upaya penguatan lain di sektor pariwisata di Jabar yang lebih mengandalkan turis lokal. "Contoh, saya fokus pariwisatanya kan pariwisata lokal ya, perputaran ekonominya luar biasa dan turunannya," katanya.
Di sisi lain menguatnya harga BBM juga menjadi perhatian Pemprov Jabar. Menurutnya solusi untuk menghadapi krisis energi adalah pengembangan energi terbarukan.
"Kemudian bergeser BBM makin mahal. Kita geser kan dengan energi terbarukan, saya promosikan energi listrik, pembangunan energi berbasis matahari lain-lain dan sebagainya. Itu respons," paparnya.
Pihaknya memastikan upaya-upaya yang sudah dilakukan akan membuat Jawa Barat siap mengantisipasi perubahan di bidang ekonomi.
"Kalau Jawa Barat tidak bergerak, nanti pada saat ada disrupsi-disrupsi, urusan pangan, urusan energi, kita jadi korban mahal, kalau udah mahal rakyat pasti jadi korban," katanya.
Menurutnya upayanya tak bisa dirasakan hari ini. Ia memastikan upaya yang dilakukan Pemprov Jabar itu bagian dari persiapan terhadap kondisi ekonomi global.
"Makanya tidak bisa dipanen sekarang, tapi telah menyiapkan terhadap respons global, itu sudah kami lakukan," pungkasnya.
Sebelumnya dalam High Level Meeting (HLM) TPID se-Jawa Barat, 14 Juli lalu membahas kondisi global dan risiko stagflasi atau keadaan inflasi yang tinggi.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi global saat ini, yakni perang antara Rusia dan Ukraina atau tensi geopolitik kedua negara itu, kebijakan zero Covid-19 di Tiongkok atau China, dan proteksionisme beberapa negara terhadap produk pangan. Imbasnya adalah disrupsi pasokan yang berkepanjangan.
BI menyebutkan kondisi demikian mengakibatkan kenaikan inflasi dan harga komoditas global. Selain itu, terjadi juga penurunan pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia.
Isu krisis ini bisa menghantam berbagai sektor, seperti pangan, energi dan lainnya. Seperti halnya kenaikan inflasi bahan makanan, energi BBM dan gas, harga komoditas holtikultura dan lainnya. Kemudian, ada penurunan produksi kualitas panen.
BI Jabar juga menyebutkan perekonomian Jabar pada triwulan I 2022 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,61 persen Year on Year (Yoy). Pertumbuhan ekonomi di Jabar juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01 persen (yoy).
Akan tetapi, kinerja lapangan usaha utama di Jawa Barat juga terpantau sedikit melandai, antara lain sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor konstruksi, serta sektor pertanian.
Namun, Ekonomi Jawa Barat 2022 diproyeksikan tumbuh pada rentang yang sedikit lebih rendah, yaitu 4,7 persen hingga 5,5 persen (yoy). Sebagaimana ekonomi nasional, dampak eskalasi tensi geopolitik global juga akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi Jabar.