Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Jabar Punya Potensi Kembangkan Industri Animasi, Tapi Regenerasi Animator Masih Problem

Deputi Hubungan Media Asosiasi Industri Animasi Indonesia (Ainaki) Irvan SP menjelaskan perbandingan antara kebutuhan permintaan produk animasi dengan ketersediaan animator di tanah air masih belum berbanding lurus.
Dea Andriyawan
Dea Andriyawan - Bisnis.com 17 Mei 2022  |  13:12 WIB
Jabar Punya Potensi Kembangkan Industri Animasi, Tapi Regenerasi Animator Masih Problem
Deputi Hubungan Media Asosiasi Industri Animasi Indonesia (Ainaki) Irvan SP

Bisnis.com, BANDUNG - Industri animasi di Jawa Barat terus menggeliat. Namun, ada permasalahan yang mengganjal akselerasi pertumbuhan sektor industri kreatif tersebut, yakni persoalan sumber daya manusia (SDM).

Deputi Hubungan Media Asosiasi Industri Animasi Indonesia (Ainaki) Irvan SP menjelaskan perbandingan antara kebutuhan permintaan produk animasi dengan ketersediaan animator di tanah air masih belum berbanding lurus.

Menurut Irvan, permasalahan tersebut menjadi kompleks lantaran kebutuhan produk animasi di tanah air berkembang sangat pesat di tengah lambatnya regenerasi animator.

"Kebutuhan mah sangat besar, kita lihat aja pas pandemi, bisnis lain tiarap, tapi studio animasi malah buka loker," kata dia kepada Bisnis belum lama ini. 

Untuk itu, kata Irvan, dibutuhkan langkah akseleratif untuk memperbanyak animator di Indonesia, khususnya di Jawa Barat demi memenuhi kebutuhan yang terus berkembang seiring dengan menjamurnya platform sosial media.

Beberapa di antaranya adalah, pembenahan literasi baik dari pendidikan formal dan informal. Hal tersebut menjadi penting lantaran jika permasalahan ini dilakukan dengan langkah normatif, maka dipastikan momentum ini akan lewat begitu saja tanpa ada dampak ekonomi bagi masyarakat.

Oleh karena itu, ia menilai harus ada peran pemerintah melalui kebijakannya agar ekosistem industri kreati digital ini bisa cepat terwujud.

Dalam sektor pendidikan infromal, ia menuturkan pemerintah perlu membentuk sebuah kurikulum pendidikan, serupa pendidikan vokasi yang mengajarkan pelajaran animasi berbasis praktik. Sehingga, penjurusan siswa akan lebih spesifik sesuai dengan kondisi zaman.

Setelah itu, pemerintah juga harus bisa meningkatkan kemampuan tenaga ajar agar memiliki kompetensi yang mumpuni dalam mencetak lulusan sekolah vokasi yang berkualitas dan siap bersaing. Hal serupa juga wajib diaplikasikan di perguruan tinggi, agar pendidikan terintegrasi dengan baik hingga melahirkan generasi mahir digital yang ungggul.

Kemudian, sembari menunggu pembentukan ekosistem pendidikan terbentuk, pemerintah perlu memperbanyak dan memperluas pelatihan-pelatihan bagi calon animator melalui pendidikan informal. Dengan demikian, maka permasalahan ini setidaknya bisa teratasi.

Pasalnya, untuk menjadi animator yang andal, perlu melalui langkah yang cukup panjang level demi level. Sehingga pekerjaan animasi yang sederhana hingga yang kompleks bisa diatasi dengan baik oleh para peserta pelatihan.

Ia menjamin, kebutuhan produk animasi ini seiring berjalannya waktu, akan terus meningkat, selama konten digital menjadi sumber publikasi, maka selama itu juga kebutuhan akan terus meningkat.

Berdasarkan penelitian yang tengah dilakukan oleh pihaknya, setidaknya di Indonesia ada 120 studio animasi. Jumlah tersebut diperkirakan hanya satu per empat dari jumlah riil studio animasi yang ada di tanah air.

"30 persennya kemungkinan ada di Jawa Barat," jelasnya. (K34) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Bank Indonesia animasi
Editor : Ajijah

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    Terpopuler

    Download Aplikasi E-Paper sekarang dan dapatkan FREE AKSES selama 7 hari!
    back to top To top