Bisnis.com, BANDUNG — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan mendorong secara serius Non-fungible token (NFT) sebagai pintu untuk mensejahterakan pelaku ekonomi kreatif (ekraf) memperdagangkan karya digital dengan potensi pasar global dan keuntungan yang bisa bernilai tinggi.
Ridwan Kamil mengatakan jika bicara terkait ekonomi, pihaknya melihatnya ada dua aspek. Pertama, ekonomi dapur sendiri yang belum selesai, tapi juga harus bersiap dengan peluang ekonomi yang hadir dari luar. Perkembangan dunia digital saat ini tidak lagi sebatas fungsi multimedia, namun kini sudah berubah menjadi alat menciptakan keuntungan finansial baru, salah satunya kehadiran NFT.
NFT sendiri secara sederhana adalah mengubah karya seni digital dan jenis barang koleksi lainnya menjadi satu-satunya karya, sehingga karya tersebut bisa diverifikasi keasliannya dan mudah diperdagangkan melalui blockchain. Sementara blockchain adalah salah satu cara menyimpan data secara digital yang saling terkoneksi antara satu perangkat dengan perangkat lainnya.
“Ini cara baru dari kacamata sebagai pemimpin untuk mensejahterakan pelaku ekraf yang selama ini bertransaksi secara konvensional atau fisik,” katanya di Bandung, Kamis (25/11/2021).
Menurutnya NFT bisa menjadi ruang ekonomi baru bagi pelaku ekraf untuk memperdagangkan karyanya menjadi aset digital. Meski dikhawatirkan terkait pemalsuan, dari literatur dan pembahasan panjang yang ia ikuti, karya yang masuk dalam NFT akan ditelusuri oleh teknologi blockchain untuk memastikan keasliannya.
Karya-karya NFT yang terjual menurutnya menunjukkan bahwa pembeli menghargainya dengan nilai luar biasa. Data DappRadar mencatat penjualan NFT mampu menembus angka tertinggi, yaitu US$10,7 miliar atau sekitar Rp152 triliun pada kuartal III tahun 2021.
“Saya lihat ada anak kecil buat gambar digital dapat Rp4 miliar. Ada satu gambar monyet dijual Rp50 miliar. Jadi, apa yang terlihat sederhana bisa mahal karena kuncinya di marketing. Jika kuncinya marketing maka saya punya peran mengangkat, menaikkan, mempromosikan [karya]. Jadi tak semata karya luar biasa pasti mahal. Karyanya biasa aja tapi karena marketingnya mampu meningkatkan minat jadi mahal,” katanya.
NFT mungkin terdengar asing di mata awam. Namun peluang ekonomi digital yang luar biasa tersebut mendorong pihaknya untuk menggarap serius. Pihaknya berkaca pada hasil riset ahli ekonomi digital bahwa Indonesia selalu berada di pintu ke empat sebuah tren ekonomi.
“Pintu pertamanya heboh dulu di Amerika, kedua Erop, ketiga Jepang dan Tiongkok, keempat Indonesia. Jadi kalau memprediksi masa depan lihat Amerika hari ini dan beberapa tahun kemudian pasti ada di Indonesia,” katanya.
Ridwan Kamil menilai NFT masih belum begitu dipahami di Indonesia. Atas dasar itu, pihaknya berupaya untuk membuka pemahaman awam agar potensi ekonomi digital ini bisa mendatangkan peluang.
“Kalau Instagram kan bercampur, ada buat selfie, dagang. Kalau NFT terpilih hanya mereka yang punya minat jual beli di bidang digital. Maka ada yang mengistilahkan aset digital,” tuturnya.
Terkait pertanyaan NFT diharamkan, dari literatur yang ia baca menurutnya MUI memberikan pengecualian pada transaksi digital jika barangnya ada dan alat tukarnya tidak menggantikan rupiah, maka NFT tidak ada masalah.
“Barang NFT itu jelas, karena dia masuk ke bursa yang bukan negara ya tentu menggunakan mata uang bursa itu. Seperti saham, jual belinya kan poin. Setelah poinnya dicairkan bisa jadi rupiah. Ini juga sama nanti berakhirnya rupiah lagi,” katanya.
Dari sekian banyak transaksi berbasis krypto, mengapa pihaknya lebih memilih NFT?
“Kalau saya belum yakin saya gak akan posting di instagram. Tapi karena saya belajar dan logikanya masuk ke saya maka diposting. Ada jenis krypto lain yang gak masuk ke logika saya, jual beli apa banyak lah namanya dan diharamkan MUI. Jadi dari banyak ekosistem krypto, NFT yang kelihatannya memenuhi syarat syariat karena barangnya ada. Bahwa dia masuk ke krypto yang bursanya tidak masuk ke negara, kata Bank Indonesia selama ujungnya rupiah lagi sebagai kedaulatan negara maka gak masalah,” tuturnya.