Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bojong Timur Purwakarta, Surganya Produk Camilan Tradisional

Kepala Desa Bojong Timur Dedi Junaedi mengatakan sebenarnya produk UMKM yang ada di wilayahnya cukup beraneka macam. Hanya saja, borondong ketan memang yang lebih tersohor. Kendati, makanan ini hanya bisa dibuat secara turun temurun oleh satu keluarga.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, PURWAKARTA – Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu surganya camilan yang dibuat secara tradisional di wilayah ini. Dari mulai borondong ketan, gula aren, kripik talas, teh hijau, kripik pisang di antaranya. Namun, yang paling khas itu adalah borondong ketan.

Borondong ketan saat ini bisa dibilang menjadi camilan yang menjadi ikon wilayah tersebut. Mungkin pada umumnya, borondong yang ada di pasaran saat ini kebanyakan terbuat dari jagung. Tetapi, borondong asal Desa Bojong Timur ini, bahan bakunya adalah beras ketan. Bahkan, beras ketan yang digunakannya pun kualitas terbaik dan tidak sembarangan bisa ditanam.

Kepala Desa Bojong Timur Dedi Junaedi mengatakan sebenarnya produk UMKM yang ada di wilayahnya cukup beraneka macam. Hanya saja, borondong ketan memang yang lebih tersohor. Kendati, makanan ini hanya bisa dibuat secara turun temurun oleh satu keluarga.

“Untuk borondong ketan, hanya ada dua pelaku UMKM yang berasal dari satu keluarga. Sejak puluhan tahun lalu, keluarga ini khusus memroduksi camilan itu. Anehnya, warga lainnya tak bisa membuat borondong dengan kualitas yang sama,” ujar Dedi kepada Bisnis.com, Kamis (14/10/2021).

Karena ketradisionalan dalam pembuatannya, borondong ketan ini secara tidak langsung sudah jadi ikon Bojong Timur. Jika ingat nama desa ini, maka orang akan langsung ingat dengan manis dan krispinya penganan ini. Sebenarnya, tak hanya borondong ketan, tapi ada produk UMKM yang jadi unggulan lainnya yakni gula aren.

Gula aren yang diproduksi pelaku usaha di Bojong Timur ini asli menggunakan bahan baku air sadapan pohon aren. Gula tersebut, di olah tanpa campuran bahan lainnya. Serta, cara pengolahannya juga masih menjaga tradisi leluhur. Ada juga daun teh, yang semuanya diolah dengan cara tradisional. Supaya, kandungan gizi dan cita rasanya juga tetap terjaga.

Sayangnya, lanjut Dedi, dalam hal pemasaran produk-produk UMKM ini masih ada kendala. Terutama dari pangsa pasarnya. Selama ini, pemasaran produk ini masih dari satu orang ke orang lain (pemesanan personal). Belum dipasarkan secara luas, apalagi menembus pasar modern.

Salah satu penyebabnya, yaitu terkendala legalitas. Seperti PIRT, label halal, logo MUI, dan BPOM masih belum ditempuh. Termasuk, soal komposisi dan berat bersih dari produk itu belum terlampir dalam kemasannya.

“Ini yang jadi kendala pelaku usaha di kami,” ujarnya.

Padahal, peluang pasar saat ini terbuka lebar. Termasuk, yang ditawarkan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan, yang menyebutkan produk UMKM bisa tembus Indomarco. Tentunya, produk yang sudah sesuai standar dari perusahaan itu.

Karena itu, lanjut Dedi, saat ini pihaknya berupaya untuk mencapai hal itu. Salah satunya, berkoordinasi dengan instansi terkait, supaya para pelaku usaha ini bisa mendapatkan legalitas mengenai produk yang dihasilkannya. (K60)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Asep Mulyana
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper