Bisnis.com, PURWAKARTA – Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta memaksimalkan pengawasan terhadap penyakit antraks yang menyerang hewan ternak.
Hal ini dilakukan mengingat sejumlah kecamatan di wilayah ini punya latar belakang penyebaran penyakit mematikan itu.
Kabid Kesehatan Hewan pada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta Teddy Sudia tak menampik jika dulu ada riwayat penyebaran penyakit antraks di wilayahnya. Bahkan, saat itu atau tepatnya pada 1999 silam itu menjadi kejadian luar biasa (KLB).
“Dulu, memang sempat ada kejadian luar biasa yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis ini,” ujar Teddy saat berbincang dengan Bisnis.com, Selasa (7/9/2021).
Teddy menjelaskan, di Purwakarta ada empat kecamatan yang ditetapkan sebagai endemi antraks. Yakni, Kecamatan Campaka, Cibatu, Babakan Cikao dan Bungursari. Sejauh ini, jajarannya terus melakukan pemantauan di wilayah-wilayah tersebut.
“Kecamatan yang jadi endemi penyakit antraks ini terus kami pantau. Kami juga telah mengintensifkan pengecekan ke sentra-sentra peternakan di seluruh wilayah yang ada,” jelas dia.
Saat ini, pihaknya berani memastikan jika Purwakarta sudah terbebas dari penyebaran penyakit tersebut. Meski demikian, pemantauan harus terus dilakukan, mengingat pernah ada riwayat penyebaran yang begitu massif saat itu.
“Pengecekan terus dilakukan. Setahun sekali kami monitor untuk memastikan kembali,” kata dia.
Adapun dalam pengecekan ini, kata dia, di antaranya dengan melakukan pemeriksaan seluruh hewan ternak terutama jenis sapi. Hewan-hewan ini, kemudian diambil sampel darahnya untuk diperiksa di laboratorium.
"Selain mengambil sampel darah, kami juga memberikan vaksin. Sampai saat ini, lebih dari 26.500 ekor hewan ternak di seluruh wilayah Purwakarta sudah divaksin,” tambah dia.
Teddy menambahkan, pemeriksaan hewan ternak selama ini memang menjadi program prioritas jajarannya. Hal itu, guna memberikan rasa aman kepada masyarakat. Dia berpesan, masyarakat juga harus tahu ciri-ciri hewan tersebut terpapar virus antraks.
Cirinya, kata dia, bisa terlihat dari gejala-gejala tak biasa yang muncul. Misalnya, demam tinggi dengan suhu 42 derajat Celcius, gigi gemerutuk, hewan terlihat gelisah, serta terdapat luka di bagian lidah atau terjadi pembengkakan pada leher.
“Jika melihat hewan ternak yang gejalanya seperti itu, segera laporkan ke kami,” pungkasnya. (K60)