Bisnis.com, PURWAKARTA – Generasi muda kota, termasuk kaum milenialnya, mungkin tidak terlalu mengangap penting bisnis peternakan.
"Bisnis bersih" dengan menggunakan gadget dan peranti teknologis lainnya tentu jauh lebih menarik daripada memelihara domba, misalnya.
Namun, sektor peternakan sebenarnya memiliki prospek yang sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik. Sayangnya, sampai saat ini sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa berernak tidak cukup menguntungkan secara ekonomi.
Tapi, anggapan tersebut tidak berlaku bagi Gani Mahnida, 30, warga Desa Cibogogirang, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta.
Pemuda ini, justru telah membuktikan bahwa beternak bisa jauh lebih menguntungkan ketimbang menjadi buruh atau pekerja di pabrik.
Saat ditemui di kediamannya, Gani yang saat ini bisa dibilang sudah menjadi juragan domba itu, menceritakan perjalannya.
Kesuksesannya beternak domba berawal dua tahun lalu. Saat itu, dari uang tabungannya selama setahun dia memberanikan diri membeli satu pasang domba.
“Saat itu terpikir, bagaimana supaya uang tabungan bisa berputar. Ya sudah, saya niatkan untuk beternak domba saja. Awalnya sempat ada keraguan, ini sukses apa enggak ya,” ujar Gani kepada Bisnis.com, Senin (15/3/2021).
Setelah dua ekor domba itu terbeli, sambung dia, lantas dia titipkan hewan ternaknya itu ke saudaranya yang sudah terlebih dahulu beternak domba. Karena, pada waktu itu dirinya belum memiliki modal untuk membuat kandang sendiri.
“Sejak memiliki dua ekor yang saya beli di pasar hewan, kemudian saya banyak belajar kepada sesama para peternak, bagaimana caranya ternak domba agar cepat berkembang. Terkadang sering juga ke pasar peternakan untuk menambah ilmu,” jelas dia.
Adapun beternak yang dilakukannya itu lebih ke proses penggembukan. Dengan kata lain, dia membeli domba saat kondisinya masih kecil. Setelah tiga bulan dan memenuhi standar, domba tersebut dijual kembali. Tentunya, dengan keuntungan yang berlipat dari modal yang ia keluarkan.
“Jadi, sistemnya penggemukan. Kita beli, Kemudian kita gemukan, setelah tiga bulan kita jual lagi,” jelas Gani.
Dari hasil penjualannya, Gani bisa mendapat untung dua kali lipat. Bahkan, dari keuntungannya itu dia bisa kembali membeli domba lainnya. Dengan kata lain, saat dia menjual dua domba, dia justru membeli empat domba untuk dia gemukkan.
“Hasil panen domba kami itu untuk menyediakan pemenuhan ketersediaan stok di pasar atau perorangan. Misalnya, untuk acara keagamaan,” kata dia.
Seiring berjalannya waktu, saat ini Gani telah memiliki kandang domba sendiri. Sedangkan domba yang ia miliki sudah mencapai 60 ekor. Adapun omzet dari hasil usaha sudah mencapai sekitar Rp20 juta per bulan, omzet itu dapat bertambah dua kali lipat menjelang lebaran idul adha.
“Sehari-hari juga ada, tapi konsumen tidak sebanyak menjelang Iduladha yang bisa meraup untung lebih besar,” tambah dia.
Gani menambahkan, untuk merangsang kaum milenial supaya mau terjun ke dunia peternakan, dirinya juga menginisiasi pembentukan kelompok ternak domba di desanya yang dinamai Wahana Ternak Jaya.
Dia berharap langkahnya ini bisa turut memotivasi para pemuda lain untuk beternak seperti dirinya. Dengan banyaknya peternak, Gani beranggapan bisa memajukan sektor peternakan dan menggerakkan perekonomian daerah
“Wahana Ternak Jaya ini sebagai wadah untuk saling berbagi ilmu, termasuk saling membantu dalam hal penjualan,” ujarnya.
Nah, Gani sudah membuka peluang untuk kalangan milenial desa. Tidakkah milenial kota juga melihat potensi bisnis ini?