Bisnis.com, PURWAKARTA – Pembudidaya ikan air tawar keramba jaring apung (KJA) di perairan Waduk Ir Djuanda (Jatiluhur) terpaksa harus menanggung kerugian cukup besar.
Pasalnya, puluhan ton ikan jenis nila dan mas siap panen milik mereka mabok. Ikan tersebut, mati secara massal akibat fenomena upwelling atau umbalan arus balik.
Edo Junaedi, 38, salah seorang pembudidaya ikan mengaku, kejadian ikan mati secara massal terjadi bertahap sejak beberapa hari terakhir. Kondisi tersebut, akibat waduk Jatiluhur mengalami umbalan atau arus balik. Memang, kondisi ini kerap terjadi saat pergantian musim.
“Biasanya, kalau intensitas hujan sudah meningkat di danau akan keruh. Karena, arus yang dari dasar waduk akan berbalik ke atas. Nah, karena perputaran arus [umbalan] ini, menyebabkan ikan mabok. Kemudian, ikan yang ada di keramba pada naik keatas lalu mati,” ujar Edo kepada wartawan, Minggu (31/1/2021).
Menurut Edo, arus balik merupakan salah satu yang paling diantisipasi oleh pembudidaya ikan. Karena, umbalan ini mengakibatkan arus dari bawah memutar ke arah atas dan membuat sisa pakan ikan yang mengendap turut naik ke permukaan.
“Ya istilahnya, air di kolam ini seperti diobok-obok. Jadi, membuat air semakin keruh . Sehingga, ikan yang ada dipermukaan tak kuat dengan kondisi air seperti itu. Makanya pada mabok, lalu mati,” kata dia.
Adanya kejadian ini, dirinya harus mengalami kerugian ratusan juta rupiah akibat belasan ton ikan siap panen miliknya mati. Beruntung, sebagian ikan budidayannya masih ada yang berhasil diselamatkan (cepat dipanen). Namun, dirinya harus siap dengan harga jualnya yang anjok secara drastis.
“Ya biasanya kalau masih ada yang bisa terjual hanya Rp4.000 sampai Rp5.000 per kilogramnya. Kalau harga normalnya itu per kilogram Rp18.000 sampai Rp19.000,” katanya.
Edo juga mengaku kematian ikan secara massal ini terjadi secara merata di hampir seluruh KJA Waduk Jatiluhur. Mereka pun telah berupaya menyelamatkan ikan-ikan yang masih hidup melalui panen dini meski harganya sangat murah. (K60)