Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masa Depan Cerah, BUMD Agro Jabar Siap Pasok Jahe ke Tiga Industri Besar

Direktur Utama PT Agro Jabar Kurnia Fajar mengatakan pihaknya dalam setahun ini tengah menggenjot penanaman jahe yang ditanam di areal perkebunan Desa Manyingsal, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang.
Direktur Utama PT Agro Jabar Kurnia Fajar/Istimewa
Direktur Utama PT Agro Jabar Kurnia Fajar/Istimewa

Bisnis.com, BANDUNG — BUMD PT Agro Jabar menargetkan bisa menggaet tiga industri besar untuk menampung produksi jahe merah.

Direktur Utama PT Agro Jabar Kurnia Fajar mengatakan pihaknya dalam setahun ini tengah menggenjot penanaman jahe yang ditanam di areal perkebunan Desa Manyingsal, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, seluas 5 hektare. Menurutnya penanaman yang dimulai sejak awal 2020 sudah berbuah kontrak dari PT Haldin Pacific Semesta sebagai offtaker.

“Kalau Bintang Toedjoe dan Sido Muncul masih penjajakan. Istilahnya, Pak tolong buktikan bisa tanam nanti kami kontrak. Harapan saya tahun ini kita kontrak dengan PT Haldin, tahun depan bisa dapat lagi dari Bintang Toedjoe dan Sido Muncul,” katanya kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).

Menurutnya model kontrak yang dijalin pihaknya dengan industri besar dipilih yang menguntungkan petani dan Agro Jabar. Selain mendapat kepastian dari pembeli produk, bisnis ini bisa berumur panjang mengingat kebutuhan akan rempah asli Jawa Barat diprediksi makin tinggi ke depan.

“Kita punya keunggulan rasa, kopi Jawa Barat mahal tapi rasa berani ngadu, jahe kita harganya mahal tapi jahe yang terbaik. Itu kadang-kadang dalam dunia perdagangan jarang ditonjolkan, yang penting bentuknya bagus. Lihat jeruk Garut tidak menarik, tapi coba rasanya itu luar biasa,” tuturnya.

Pandemi saat ini menurutnya akan melahirkan tren ke depan dimana banyak orang akan mencari makanan dan rempah sehat. Kebutuhan jahe didunia dalam taksiran pihaknya dipastikan akan meningkat terutama dengan ancaman penyakit yang ada. “Saya optimis kebutuhan jahe dunia akan terus meningkat. Jahe dalam negeri saja masih kurang, hari ini kita masih impor dari Cina dan Vietnam,” kata Kurfa, panggilan akrabnya.

Dia mengaku jahe impor masih lebih murah dibanding jahe lokal. Dari sisi produksi, jahe di Jawa Barat juga dihadapkan pada sulitnya petani menjaga konsistensi.

“Orang daripada tanam mending impor saja lebih murah, untungnya lebih banyak. Nanam lebih banyak masalah, ini persoalan. Tapi kita tidak pesimis karena masih ada masa depan, karena yang ditanam di sini kualitas terbaik. Kita produksi tidak banyak tapi khasiatnya sama,” paparnya.

Kurfa menilai upaya ini menjadi salah satu strategi pihaknya bertahan di tengah masa pandemi Covid-19. Bisnis pangan menurutnya sudah tepat dimana Agro Jabar hanya memproduksi lemon, jahe, bawang putih, kentang, kopi dan stevia.

“Lemon sudah jadi tulang punggung Agro Jabar sejak 2017. Bawang putih sejak 2018, kebun kopi sudah mencapai 18 hektare dan akan panen kedua. Agro Jabar termasuk perusahaan yang tidak terdampak, karena lemon ikut digunakan sebagai salah satu program bantuan pemerintah, penjualan terkerek. Agro Jabar untung. Kalau tidak ada bantuan pemerintah, penjualan kita sendiri dari lemon sebulan Rp2 miliar,” kata Kurfa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper