Bisnis.com, BANDUNG - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar mencatat pandemi Covid-19 berimplikasi pada kinerja industri di Jawa Barat khususnya perkotaan.
Kepala Bappeda Jabar Taufiq BS mengatakan sejak triwulan pertama tahun 2020, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) nasional dan Jawa Barat mengalami penurunan. LPE Jawa Barat yang pada akhir tahun 2019 mencapai angka 5,07 persen turun menjadi 2,73 persen.
"Salah satu dampak ekonomi yang terjadi ialah semua industri otomotif di Jawa Barat menurunkan kapasitas produksinya menjadi 40% dikarenakan menurunnya permintaan pasar akibat Covid-19," katanya dalam keterangan resmi website Bappeda Jabar, Rabu (1/7/2020).
Selain itu terjadi juga dampak sosial akibat pandemi yaitu merenggangnya interaksi sosial antar masyarakat pada beberapa bulan terakhir. Hal tersebut dipicu karena adanya penerapan social distancing dan pembatasan kegiatan masyarakat untuk beraktifitas dari rumah.
Sedangkan pada sektor lingkungan, perkotaan terasa semakin bersih sehingga mengurangi beban pencemaran di perkotaan. Hasil pemantauan kualitas air sungai Citarum pada masa pandemi menunjukkan beban pencemaran dari industri berada dibawah ambang batas dengan adanya penurunan aktivitas industri. Sedangkan pencemaran domestic berada diatas baku mutu karena meningkatnya aktivitas di rumah.
"Selain subsektor industri otomotif, subsektor elektroni, tekstil dan produk tekstil (TPT), dan alas kaki juga terdampak negatif. Sedangkan pada subsektor kimia, farmasi, dan komunikasi terdampak positif," tutrrnya.
Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan dalam pergerakan sehingga menyebabkan aktivitas ekonomi ikut menurun, yang kemudian menaikkan angka pengangguran dan kemiskinan.
Berdasarkan data pada 5 Mei 2020, 14.029 orang terkena PHK dan 61.084 orang terdampak dirumahkan. Mayoritas dari keduanya berasal dari subsektor industri TPT. Oleh karenanya, angka kemiskinan di Jawa Barat pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai kisaran 4,3 juta-5,6 juta, naik dari tahun 2019 yang berada pada angka 3,3 juta.
Menghadapi era adaptasi kebiasaan baru, sistem kesehatan perlu dikembangkan agar dapat melayani seluruh masyarakat dengan baik. Sebelumnya Jawa Barat memiliki 54 rumah sakit yang menangani Covid-19, saat ini sudah tersedia 105 rumah sakit menangani Covid-19 di Jabar.
Gedung BPSDM milik Pemprov Jabar pun dikerahkan menjadi ruang isolasi mandiri bagi Orang Dalam Pemantauan dan Pasien Dalam Pemantauan. Dari 27 Kabupaten/Kota, 20 diantaranya sudah memiliki laboratorium kesehatan untuk menangani Covid-19.
"Pada sektor ekonomi, pemulihan ketenagakerjaan perlu dilakukan hingga seluruh masyarakat Jawa Barat kembali memiliki pekerjaan. Pun dengan sektor pariwisata yang kini mulai dibuka secara bertahap dan tetap memperhatikan protokol adaptasi kebiasaan baru," katanya.
Membangun kembali infrastruktur, mengembangkan sistem pangan, membangkitkan kembali gairah investasi, serta pemulihan industru dan perdagangan perlu dilakukan dalam adaptasi sosioekonomik dampak pandemi Covid-19. "Harapannya dengan adaptasi tersebut dapat terwujud Kota Tangguh Bencana," ujarnya.