Bisnis.com, BANDUNG--—Kendati diterpa isu bangkrut pada awal 2019, PT Pos Indonesia yang berulang tahun ke-273 tetap memantapkan tekad untuk melakukan transformasi bisnis ke depannya.
Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi W. Setijono mengakui perusahaan mengalami disrupsi di tengah kemajuan teknologi yang cepat dan masif.
Namun, dia mengungkapkan PT Pos Indonesia masih memiliki semangat untuk bertransformasi dan hadir melayani negeri sesuai amanatnya.
“Pos berusaha untuk merelevankan diri dengan memodernkan infrastruktur produk giro pos kami, yang pada saatnya akan kami perkenalkan kepada masyarakat, terutama mereka yang belum tersentuh oleh bank,” ujar Gilarsi.
Dia memahami bahwa perusahaan tidak mampu jika hanya mengandalkan diri pada produk konvensional, yakni jasa kurir.
Oleh sebab itu, PT Pos Indonesia berupaya untuk mengembangkan jasa layanan keuangan dengan membangun credit-scoring model bagi masyarakat belum memiliki akun perbankan (unbanked people). Dengan menyasar unbanked people, PT Pos Indonesia secara langsung telah mendorong inklusi keuangan di Tanah Air.
Menurut Gilarsi, perusahaan telah mendedikasikan sebuah group Big Data Analytics yang terdiri dari 30 orang sarjana-sarjana terbaik Indonesia yang dilatih dalam bidang data.
“Dari unit ini kami membangun mimpi besar tadi.” ungkap Gilarsi.
Dengan demikian, dia menegaskan beberapa kunci utama yang akan ditekuni perusahaan, yaitu inklusi keuangan, unbanked people dan mobile technology, big data analytics, credit scoring dan kolaborasi antar lembaga keuangan nonbank.
Selain fokus kepada modernisasi layanan giro pos, PT Pos Indonesia memiliki rencana untuk
Menghidupkan kembali instrumen produknya, yaitu Letter of Payment (LoP) atau Cekpos.
Produk ini nantinya akan menjadi solusi dalam memfasilitasi perdagangan UKM.
“Mekanismenya supplying credit, hanya dalam hal ini dioperasikan oleh Pos maupun anak perusahaan Pos.”
Tidak hanya memberi kredit, PT Pos Indonesia juga sekaligus dapat membantu pembelian bahan baku serta pengiriman produk UKM-UKM yang dibantu.
Untuk mempersiapkan produk ini, perusahaan telah menandatangani MoU dengan Agritrade Hong Kong. Agritrade menyediakan fund sebesar US$200 juta. Selain itu, PT Pos Indonesia juga mengandeng Taipe Fubon Bank yang siap menyediakan lebih dari US$400 juta.
Gilarsi menilai fresh fund yang dapat dipakai perusahaan ini cukup untuk sebuah inisiasi bisnisnya.
“Fund ini efektif dan bisa kami pakai untuk kebutuhan pendanaan, banyak aktivitas yang bisa kami dorong,” ujar Gilarsi.
Kepada masyarakat Indonesia, Gilarsi mengungkapkan bahwa perusahaan sedang berjuang untuk bangkit melawan disrupsi.
“Kami berjuang untuk tetap relevan bagi kepentingan bangsa ini,” tutup Gilarsi.