Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Polemik Facebook : Antara Kesuksesan dan Dugaan Monopoli Bisnis

Facebook Inc menolak usulan dari salah satu pendirinya Chris Hughes yang meminta perusahaan media sosial terbesar di dunia itu dibagi menjadi tiga, sementara anggota parlemen mendesak Departemen Kehakiman AS untuk meluncurkan penyelidikan antimonopoli.
Chris Hughes, salah satu pendiri Facebook, berbicara pada konferensi Charles Schwab IMPACT 2010 di Boston, Massachusetts 28 Oktober 2010. REUTERS / Adam Hunger
Chris Hughes, salah satu pendiri Facebook, berbicara pada konferensi Charles Schwab IMPACT 2010 di Boston, Massachusetts 28 Oktober 2010. REUTERS / Adam Hunger

 

Bisnis.com, BANDUNG—Facebook Inc menolak usulan dari salah satu pendirinya Chris Hughes yang meminta perusahaan media sosial terbesar di dunia itu dibagi menjadi tiga, sementara anggota parlemen mendesak Departemen Kehakiman AS untuk meluncurkan penyelidikan antimonopoli.

Facebook telah diawasi oleh regulator di seluruh dunia atas praktik berbagi data serta penyebaran ujaran kebencian dan informasi yang salah pada jaringannya. Beberapa anggota parlemen AS juga telah mendorong pemecahan perusahaan-perusahaan teknologi besar.

“Kita adalah negara dengan tradisi mengekang monopoli, tidak peduli seberapa baik niat para pemimpin perusahaan ini. Kekuatan Mark belum pernah terjadi sebelumnya dan ini bukan ciri Amerika,”kata Hughes, seperti dikutip Reuters dari artikel opininya yang panjang di New York Times, Kamis (9/5/2019).

Chris Hughes merupakan mantan teman sekamar Mark Zuckerberg di perguruan tinggi sekaligus rekan pendiri Facebook bersama Mark yang kini menjabat kepala eksekutif.

Facebook memiliki lebih dari 2 miliar pengguna. Facebook juga memiliki WhatsApp, Messenger dan Instagram, masing-masing digunakan oleh lebih dari 1 miliar orang. Facebook membeli Instagram pada 2012 dan WhatsApp pada 2014.

Facebook menolak usulan Hughes agar WhatsApp dan Instagram dibuat menjadi perusahaan terpisah. Menurut Facebook, fokusnya seharusnya adalah pada pengaturan internet. Zuckerberg akan berada di Paris pada hari Jumat (10/5/2019) untuk membahas peraturan internet dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

“Facebook menerima bahwa dengan keberhasilan datang pula pertanggungjawaban. Namun, Anda tidak mendorong akuntabilitas dengan menyerukan pemecahan perusahaan Amerika yang sukses," kata juru bicara Facebook Nick Clegg dalam sebuah pernyataan.

“Akuntabilitas perusahaan teknologi hanya dapat dicapai melalui pengenalan aturan baru untuk internet. Itulah yang diserukan oleh Mark Zuckerberg,” lanjutnya.

Pada Kamis malam kemarin, Senator Mike Crapo, anggota Partai Republik yang mengetuai komite perbankan, serta Sherrod Brown, petinggi Demokrat, meminta Facebook untuk menjawab pertanyaan tentang potensi sistem pembayaran berbasis cryptocurrency menggunakan jaringan sosial dan pengumpulan datanya.

Surat itu juga menanyakan pertanyaan tentang perlindungan privasi konsumen dan apakah ada informasi tentang kelayakan kredit pengguna.

Senator AS Richard Blumenthal, seorang Demokrat, mengatakan kepada CNBC bahwa menurutnya Facebook harus dipecah dan bahwa divisi antimonopoli Departemen Kehakiman perlu memulai penyelidikan.

Undang-undang antimonopoli membuat proposal semacam itu sulit dilaksanakan karena pemerintah harus membawa perusahaan ke pengadilan dan menang. Jarang sekali memecah sebuah perusahaan tetapi bukannya belum pernah terjadi. Standard Oil dan AT&T menjadi dua contoh terbesar.

RASA TANGGUNGJAWAB

Hughes mendirikan Facebook pada tahun 2004 di Harvard bersama Zuckerberg dan Dustin Moskovitz. Dia meninggalkan Facebook pada 2007, dan mengatakan di sebuah posting LinkedIn dia menghasilkan setengah miliar dolar untuk tiga tahun kerjanya.

“Sudah 15 tahun sejak saya ikut mendirikan Facebook di Harvard, dan saya belum bekerja di perusahaan dalam satu dekade. Tetapi saya merasakan kemarahan dan tanggung jawab, ”kata Hughes.

Facebook kehilangan beberapa eksekutif setelah serangkaian skandal privasi dan disinformasi terjadi sejak 2016. Para pendiri Instagram dan WhatsApp telah pergi, seperti halnya eksekutif yang mengambil alih WhatsApp tahun lalu.

Chief Product Officer Chris Cox, yang telah bekerja di perusahaan selama 13 tahun dan merupakan salah satu letnan terdekat Zuckerberg, mengundurkan diri pada bulan Maret kurang lebih pada waktu yang sama ketika Facebook mengumumkan langkah ke arah pengiriman pesan yang lebih pribadi.

Dia kemudian mengungkapkan "perbedaan artistik" dengan Zuckerberg sebagai alasannya untuk pergi, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Para kritikus mengatakan langkah pivot perusahaan menuju privasi, yang akan memperkenalkan lebih banyak komunikasi terenkripsi, akan membatasi kemampuan Facebook dalam mengawasi propaganda, ucapan kebencian dan perilaku kasar lainnya. Cox sendiri fokus pada peningkatan alat untuk menangkap konten yang dilarang dalam beberapa tahun terakhir.

Meskipun terkena skandal, bisnis inti perusahaan telah terbukti tangguh. Facebook telah melampaui estimasi pendapatan sebelumnya dalam dua kuartal terakhir dan harga sahamnya hampir tidak bergerak dalam menanggapi pendapat Hughes.

Hughes menyarankan Zuckerberg harus bertanggung jawab atas privasi dan penyimpangan-penyimpangan lainnya di perusahaan. Saran ini seperti menggaungkan seruan awal bulan ini oleh Senator A.S. Demokrat Ron Wyden untuk meminta CEO secara individual bertanggung jawab atas "pelanggaran berulang" terhadap privasi.

“Pemerintah harus meminta pertanggungjawaban Mark. Sudah terlalu lama, para pembuat undang-undang mengagumi pertumbuhan eksplosif Facebook dan mengabaikan tanggung jawab mereka untuk memastikan bahwa Amerika dilindungi dan pasar tetap kompetitif,” kata Hughes.

TEKANAN PENGACARA

Senator Elizabeth Warren, yang mencari nominasi Demokrat untuk pemilihan presiden 2020, telah berjanji untuk memecah Facebook, Amazon.com Inc, dan Google Alphabet Inc. jika terpilih.

“Perusahaan teknologi besar saat ini memiliki terlalu banyak kekuatan — atas ekonomi kita, masyarakat kita, & demokrasi kita. Mereka telah merusak kompetisi, menggunakan informasi pribadi kita untuk keuntungan, melukai usaha kecil & menghambat inovasi. Sudah waktunya untuk #BreakUpBigTech," kata Warren di Twitter, Kamis (9/10/2019).

Ro Khanna, seorang Demokrat California, mengatakan bahwa regulator A.S. tidak seharusnya menyetujui akuisisi Facebook atas Instagram dan WhatsApp.

"Cara ke depan adalah dengan sangat cermat memeriksa merger di masa depan dan untuk memastikan tidak ada perusahaan yang memiliki hak platform anti-kompetitif," kata Khanna.

Dalam salah satu dari beberapa skandal yang menghantam perusahaan, Facebook dituduh tidak tepat membagikan informasi milik 87 juta pengguna dengan perusahaan konsultan politik Inggris Cambridge Analytica yang sekarang sudah tidak beroperasi.

Facebook telah melakukan pembicaraan lanjutan dengan Komisi Perdagangan Federal (FTC) AS untuk menyelesaikan penyelidikan yang telah berlangsung setahun dan mengatakan bulan lalu pihaknya memperkirakan akan menghabiskan antara US$3 miliar dan US$5 miliar.

Pada hari Senin lalu, senator Republik dan Demokrat mengkritik laporan rencana penyelesaian, meminta FTC untuk menjatuhkan hukuman yang lebih keras dan lebih banyak pembatasan pada praktik bisnis Facebook.

Hughes mengatakan dia terakhir bertemu dengan Zuckerberg pada musim panas 2017, beberapa bulan sebelum skandal Cambridge Analytica pecah.

“Mark adalah orang yang baik dan ramah. Namun, saya marah karena fokusnya pada pertumbuhan membuatnya mengorbankan keamanan dan kesopanan demi mendapat klik," kata Hughes.

Adam Mosseri, kepala news feed Facebook sebelumnya yang baru-baru ini mengambil alih Instagram, merespons Hughes di Twitter.

“Regulasi itu penting dan perlu, tetapi saya tidak yakin memecah kita adalah jalan yang benar. Senang mengobrol tentang hal itu jika Anda terbuka," kata Mosseri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper