Bisnis.com, BANDUNG — Petugas Balai Badan Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) memeriksa sejumlah sampel tajil yang dijual pedagang kaki lima di Kawasan Ir. H. Djuanda, Kota Bandung, Kamis (9/5). Hasilnya, petugas menemukan satu sampel jajanan yang positif mengandung boraks.
Kepala BBPOM, I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, mengatakan pihaknya menemukan sampel minuman cincau positif mengandung boraks dari 25 sampel tajil yang diperiksa di mobil laboratorium.
Sementara itu, 24 sampel jenis makanan dan minuman lainnya dinilai masih berada pada batas aman untuk dikonsumsi.
“Biasanya ini [boraks] digunakan untuk membuat kenyal makanan. Selain dalam cincau, kami pernah temukan juga dalam bakso, cilok, dan banyak makanan lainnya,” kata Bagus.
Bagus menjelaskan, sebenarnya ada cara mudah bagi masyarakat awam untuk mengetahui makanan yang hendak dibeli apakah mengandung bahan berbahaya tersebut atau tidak.
“Untuk takjil, kami mohon kepada masyarakat agar selalu mencermati warna makanannya. Kalau warnanya lebih mencolok dari biasanya, itu biasanya mengandung Rhodamin B [Senyawa kimia berbahaya]. Fungsinya untuk membuat kenyal makanan. Tahu [dengan kandungan Rhodamin B] biasanya lalat pun enggak mau hinggap,” ujar Bagus.
Bagus mengatakan, pada sidaknya yang dilakukan hari ini, pihaknya menilai terjadi penurunan temuan bahan berbahaya dalam makanan yang dijual pedagang kaki lima.
“Memang, sampai saat ini kamu belum bisa berikan evaluasi. Tapi, secara nasional, [penggunaan bahan berbahaya] masih sekitar 10%. Ini adalah hasil dari pembinaaan secara terus menerus, yang dilakukan setiap saat. Bukan hanya bulan Ramadhan, sebenarnya,” katanya.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam membeli jajanan di tempat yang tidak terjamin kualitas produknya. Pasalnya, penggunaan boraks sebagai salah satu pencampur bahan pangan sudah terjadi sejak lama dan dilarang di Indonesia.
Efek samping yang ditimbulkan saat bahan kimia berbahaya tersebut masuk ke tubuh manusia pun tidak main-main. Gejala yang mungkin akan timbul yakni mulai dari demam, muntah, sesak nafas, hingga pendarahan dari hidung.
Bagaimana tidak, ia mengatakan boraks merupakan bahan kimia yang umumnya digunakan untuk mematri logam, membuat gelas, pestisida, juga untuk campuran pembersih. Penggunaan boraks oleh para pedagang bandel tak lepas dari anggapan bahwa bahan kimia tersebut mampu mengawetkan makanan atau minuman dan meningkatkan kerenyahan juga kekenyalan makanan atau minuman.
“Karena boraks merupakan bahan kimia, jadi seberapa pun kadarnya tetap akan membahayakan tubuh dan menggangu ginjal, hati, dan sebagainya. Jadi memang harus dihindari,” tutur Bagus.
Sebenarnya, kegiatan inspeksi mendadak ini sudah mereka lakukan sejak dua pekan sebelum memasuki bulan puasa 2019. Namun, memasuki Ramadan, pihaknya meningkatkan intesifitas pemeriksaan guna melindungi masyarakat dari produk yang mengandung bahan berbahaya.
“Setelah Ramadan, tentu kami semakin intensif karena memasuki masa pengawasan pangan jelang hari raya yang dilakukan BBPOM di Bandung,” katanya. (K34)