Bisnis.com, BANDUNG—Korban pergeseran tanah di Kampung Gunungbatu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa menjual ternaknya, seperti kambing dan sapi, dengan harga relatif murah karena tempat beternaknya ikut rusak akibat bencana ini.
"Sebagian warga sudah menjual hewan ternaknya karena tidak ada tempat lagi untuk mengembangbiakan yang disebabkan kandang ternaknya ikut terdampak bencana," kata tokoh masyarakat yang juga sukarelawan kemanusiaan Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung Asep Has di Sukabumi, Jumat (3/5/2019), seperti dilansir Antara.
Namun, dia menyayangkan adanya oknum yang memanfaatkan duka bagi korban bencana ini dengan membeli hewan ternak milik warga tersebut dengan harga yang sangat murah.
Padahal, seharusnya konsumen membeli hewan ternak milik korban itu dengan harganya yang sedikit lebih mahal sekaligus membantu mereka yang sudah kehilangan rumah dan lahan pertanian sebagai tempat untuk mencari nafkah.
Bahkan, dia pun menyesalkan ulah tengkulak yang malah mengambil kesempatan dari korban bencana yang saat ini sedang sangat membutuhkan bantuan dan ekonominya pun morat-marit.
Maka dari itu, pihaknya mengimbau warga yang memiliki ternak untuk berkoordinasi dengan petugas maupun sukarelawan yang bersiaga di lokasi untuk mengevakuasi atau mengamankan ke tempat yang lebih aman. Jangan cepat mengambil keputusan untuk dijual apalagi dengan harga murah.
"Korban sangat membutuhkan bantuan, jangan sampai penderitaan mereka dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi. Kami mengajak kepada siapa pun bisa memberikan bantuan dalam bentuk apa pun untuk meringankan penderitaan ratusan warga terdampak bencana ini," katanya.
Sementara itu, warga Kampung Gunungbatu RT 02, RW 09 Yati mengatakan bahwa lahan pertanian yang digarapnya rusak dan terbelah akibat bencana ini.
Yati hanya bisa memanfaatkan sisa hasil panennya (padi) untuk sebagian dijual dan dimakan.
Ia pun sudah hampir 2 minggu memilih tinggal di pengungsian karena rumahnya rusak berat dan tidak bisa lagi dihuni. Selain itu, harus menghentikan kegiatan menanam padi, padahal saat ini tengah musim tanam.
"Saya datang ke sawah hanya pagi hari. Akan tetapi, siang menjelang sore harus cepat-cepat pulang ke pengungsian karena khawatir tanah ambles, apalagi sekarang musim hujan," katanya.