Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi ekonomi global diprediksi masih akan melambat pada tiga bulan pertama tahun ini sejalan dengan kebijakan reformasi pajak di Amerika Serikat.
Senior Portofolio Manager Equity PT Manulife Asset Management Indonesia Samuel Kesuma menjelaskan, pelambatan ini sangat wajar mengingat dampak growth booster dari reformasi pajak AS tahun lalu yang mulai berkurang.
Selain itu, ketidakpastian perang dagang dan tren kenaikan suku bunga global tahun lalu juga menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini tentunya menjadi kejutan bagi pasar pada 2018 yang menyebabkan pasar secara global mengalami koreksi.
"Tetapi saat ini pasar telah menyesuaikan ekspektasinya sehingga risiko kejutan negatif bagi pasar tidak sebesar tahun lalu. Dan yang menarik adalah, di saat ekspektasi sudah terlalu rendah, probabilita terjadinya kejutan baik akan lebih besar dari berita buruk," jelasnya alam riset yang dipublikasikan, Rabu (13/3/2019).
Dia menyontohkan pertumbuhan PDB Negeri Paman Sam pada kuartal IV/2018 yang tercatat sebesar 2,6%. Padahal para pelaku pasar dan analis kala itu memprediksi pertumbuhan hanya berada pada kisaran 2,2%.
Menurutnya, faktor yang dapat mengubah ekspektasi pertumbuhan PDB global adalah segala hal yang dapat mendukung perdagangan bebas, mengurangi tarif dagang, dan meningkatkan perdagangan global. Itulah tiga faktor yang akan menjadi jatalis positif.
"Oleh karena itu hasil negosiasi dagang AS dengan China dapat menjadi sentimen positif bagi pasar. Selain itu negosiasi Brexit yang lancar dengan proses keluarnya Inggris secara gradual juga akan menjadi hasil yang disukai oleh pasar.," ujarnya.