Bisnis.com, JAKARTA - Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) merupakan forum yang bermanfaat dalam mendorong kepentingan Indonesia. Kepentingan tersebut antara lain dalam perdagangan yang mengembangkan kerja sama UMKM, mengentaskan kemiskinan, dan memanfaatkan ekonomi digital.
Di bawah kendali Chile, terdapat empat prioritas APEC tahun ini, yaitu masyarakat digital; integrasi 4.0; perempuan, UMKM, dan pertumbuhan inklusif; dan pertumbuhan berkelanjutan.
"Partisipasi Indonesia dalam CTI yaitu untuk membahas keempat prioritas tersebut, termasuk yang terkait dengan kepentingan Indonesia," kata Plt. Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Deny W. Kurnia, Sabtu (9/3/2019).
Hal ini disampaikan Deny yang sekaligus sebagai Ketua delegasi Indonesia pada sidang Komite Perdagangan dan Investasi (CTI) di forum APEC 3-4 Maret di Santiago, Chile.
APEC terus menjadi forum yang diperhitungkan dunia sampai saat ini. Merujuk data APEC at Glance, kawasan APEC kini menguasai 60% GDP dunia atau senilai US$48 triliun. Saat ini, APEC masih terus berupaya meningkatkan pertukaran ide dan peningkatan kapasitas agar gap antara ekonomi maju dan berkembang dapat dikurangi secara bertahap.
Upaya yang dilakukan yakni mengembangkan sejumlah proposal. Adapun proposal-proposal yang diajukan Indonesia antara lain Public Private Dialogue (PPD) on Understanding Non-Tariff Measures on Agriculture, dan Forestry and Fisheries Sectors to Enhance Trade to Improve Rural Development and Poverty Alleviation in the Asia Pacific Region.
Proposal lainnya yaitu Workshop for SMEs in APEC: Embracing 4.0 Industrial Revolution in Boosting Economic Performance of Export-oriented SMEs, agar UMKM mampu meningkatkan ekspor melalui peluang industri 4.0.
Adapula Workshop on Fostering Inclusive Digital Economy: Sharing Best Practices in Advancing Women Participation in Digital Startups bertujuan meningkatkan peran perempuan dalam memanfaatkan platform digital sehingga dapat lebih 'berdaya aktif' melalui bisnis rintisan (startup) dalam menghadapi perdagangan global.
"Pembahasan di APEC semakin maju dan berkembang seiring dengan dinamika global yang tidak hanya ditantang untuk mampu mewujudkan perdagangan bebas di kawasan, namun bagaimana instrumen tersebut dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat," imbuhnya.
Deny menambahkan, isu seperti pemberdayaan perempuan dan pembangunan berkelanjutan adalah wujud keberpihakan APEC pada isu-isu inklusif juga menjadi fokus. Dengan kata lain, APEC menginginkan agar nantinya lebih banyak pihak yang menikmati keuntungan dari liberalisasi perdagangan.
Di lain pihak, lanjut Deny, APEC perlu menjawab tantangan industri 4.0. Inisiatif APEC kental diwarnai pembahasan fasilitasi perdagangan digital hingga model aspek rantai nilai global (GVCs) yang ideal bagi kawasan.
Menurutnya, ini merupakan tantangan domestik untuk terus menyesuaikan dengan kemungkinan arah kerja sama regional ke depan. "Di samping itu, situasi perdagangan global yang memanas, kecenderungan proteksionisme, dan sikap unilateralisme perlu dimitigasi."