Bisnis.com, BANDUNG – Memasuki pertengahan tahun 2018, perekonomian Indonesia masih harus menghadapi berbagai tantangan untuk mencapai kesejahteraan.
Ketua Umum Kadin Jawa Barat Agung Suryamal mengatakan tantangan yang dihadapi jangka pendek ini adalah adanya tahun politik yang terbagi menjadi koalisi A dan B.
“Pemerintah tetap harus bisa mengendalikan perekonomian di tahun politik nanti,” ujar Agung, pada Seminar Nasional Ekonomi Evaluasi Kritis Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini, Rabu (1/8/2018).
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Nasional Fasial H. Basri menilai tantangan ekonomi untuk jangka panjang adalah mempercepat pertumbuhan yang lambat.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang lambat saat ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya berdasarkan data tahun 2017, hanya 49% masyarakat yang memiliki akun bank.
“51% masyarakat menyimpan uangnya di rumah sehingga tidak terjadi perputaran uang,” katanya.
Selain itu, Indonesia lebih banyak mengimpor daripada mengekspor barang jasa. Di tahun 1980, ekspor Indonesia mencapai 30,5% sedangkan di tahun 2017 mencapai 20,4%. Persentase ekspor tersebut terus mengalamai penurunan.
“Bandingkan dengan China dengan persentase ekspor 5,9% di tahun 1980 dan 19,8% di tahun 2017,” ujarnya.
Faktor lainnya adalah pelemahan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah ke dolar mencapai titik terendah sepanjang sejarah, yaitu Rp14.000.
Untuk menghadapi tantangan ekonomi tersebut, Faisal memberikan opsi untuk road map menuju Indonesia Emas 2045 melalui pengembangan industri berbasis sumber daya alam dan budaya sehingga bisa mengangkat jutaan rakyat.
“Ditambah lagi, Indonesia merupakan negara maritim. Lautlah yang sejatinya mengintegrasikan perekonomian domestik. Transportasi laut merupakan pijakan utama untuk menurunkan ongkos logistik,” ujarnya.