Bisnis.com, BANDUNG - Banjir besar yang melanda kawasan Pagarsih beberapa hari lalu menjadi pukulan berat untuk Pemerintah Kota Bandung. Pasalnya, Pemkot Bandung sudah membangun tol air dikawasan itu untuk meminimalisir air yang kerap menimbulkan banjir.
Di sisi lain, Pemkot Bandung terus berupaya memperbaiki sistem drainase di Kota Bandung. Setelah kolam retensi Sarimas, kini Pemkot Bandung telah menyiapkan anggaran sebesar Rp10 miliar untuk membangun kolam retensi Sirnaraga.
“Secara makro kami sudah berdiskusi tentang penanganan banjir. Kami akan membuat kolam retensi di Sirnaraga. Diharapkan hasilnya bisa menahan run off,” kata Kepala Dinas Pengerjaan Umum (DPU) Kota Bandung Arif Prasetya, Kamis (1/3).
Menurut dia, sistem drainase Kota Bandung sudah disiapkan untuk 800.000 jiwa penduduk kota pada masa kependudukan kolonial Belanda. Dari mulai hulu, kata dia, ada penampungan di beberapa tempat sampai di Karang Setra, di Taman Maluku, dan sebagainya.
"Fungsinya sama, seperti rem air. Tapi sekarang, penduduk sudah tumbuh sampai 2,4 juta jiwa. Maka kita perlu bangun sistem baru,” kata Arif Prasetya.
Sistem ini, lanjut Arif, sedang dicicil satu per satu mengingat biaya yang dihabiskan tidaklah sedikit. Kolam retensi tersebut akan dibangun seluas 500 meter persegi dan diperkirakan mampu menampung hingga satu juta liter air.
Arif mencontohkan kolam retensi Sarimas yang dibuat empat kolam yang dirancang seperti bejana berhubungan. Manakala satu kolam penuh, maka air akan mengisi kolam yang lainnya.
“Kolam Sarimas di Arcamanik itu juga untuk menahan air dari utara yang vegetasinya juga sudah cukup menurun,” katanya.
Tak hanya itu, Arif juga menginisiasi akan mengaktifkan cucu-cucu sungai Cikapundung. Selama ini, kata dia, air mengalir di 46 anak sungai Cikapundung. Pihaknya terus mengkaji gagasan tersebut.
“Kita ingin menghitung ulang manajemen perairan ini, berapa basemen air dan kolam air yang dibutuhkan. Cucu sungai mana yang bisa kita manfaatkan untuk mendukung ini. Yang perlu kita pertimbangkan adalah jangan sampai cucu air ini nanti menimbulkan persoalan baru,” terangnya.
Disinggung mengenai tol air di Jalan Pagarsih, Arif mengklaimnya berfungsi dengan baik. Tol atau basemen air tersebut berperan sebagai penampung air sementara agar tidak langsung masuk ke sungai yang daya tampungnya terbatas. Air yang telah tertampung sedikit demi sedikit di dalam basemen akan dialirkan ke Sungai Citepus.
Hanya saja, Arif beralasan pada peristiwa banjir beberapa hari lalu curah hujan sangat tinggi di hulu sungai. Hal tersebut menyebabkan debit air meningkat drastis saat sampai ke hilir sehingga tidak tertampung sepenuhnya di dalam basemen.
“Waktu awal tahun itu juga hujan besar, tapi tidak sampai ada genangan,” tuturnya.
Kendati begitu, pihaknya tetap mengevaluasi luas infrastruktur tersebut. Menurutnya, pembangunan basemen adalah satu dari serangkaian strategi penahan banjir yang tengah dilakukan Pemkot Bandung.