Bisnis.com, YERUSALEM - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence menjanjikan negaranya akan memindahkan kedutaan besar di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada akhir 2019, langkah yang ditentang keras Palestina.
Dalam pidato yang sama dari mimbar parlemen Israel, Senin (22/1), Pence mendesak Palestina melanjutkan perundingan damai yang telah lama terhenti dengan Israel.
"Yerusalem adalah ibu kota Israel, dan karenanya Presiden Trump telah memerintahkan Kementerian Luar Negeri segera memulai persiapan untuk memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem," kata Pence, disambut tepuk tangan meriah oleh anggota parlemen Israel.
"Dalam beberapa depan mendatang, pemerintahan kami akan memajukan rencana untuk membuka Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem. Dan Kedutaan Besar Amerika Serikat akan dibuka sebelum akhir tahun depan," katanya sebagaimana dikutip AFP.
Pada awal pidatonya, anggota parlemen Arab Israel, yang marah dengan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 6 Desember, berusaha menggelar protes di Knesset.
Anggota koalisi Joint List yang terdiri atas partai-partai Arab, yang berjanji memboikot pidato Pence, mulai berteriak dan mengangkat spanduk protes saat dia mulai berbicara, namun dengan cepat dibawa keluar oleh penjaga pintu.
Israel mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina menganggap sektor timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Tindakan Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel mematahkan konsensus internasional puluhan tahun bahwa masalah status kota itu harus diselesaikan sebagai bagian dari kesepakatan damai dua negara antara Israel dan Palestina.
Keputusan itu memicu Palestina memutuskan hubungan dengan pemerintahan Trump. Pence mendesak mereka kembali ke perundingan. "Hari ini kami mendorong kepemimpinan Palestina kembali ke meja Perundingan," katanya. "Perdamaian hanya bisa datang lewat dialog."
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan keputusan Amerika Serikat mengakui Yerusalem membuat negara itu tidak bisa lagi menjadi perantara perundingan damai. Namun dia menyatakan tetap berkomitmen pada proses perdamaian.