Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, BEIJING - Dalam beberapa tahun terakhir, Cina dihadapkan dengan kejadian bencana. Pada 2010 lalu, tanah longsor dan banjir menewaskan sekitar 700 orang dan menyebabkan 300 orang hilang. Bahkan, Juli lalu hujan deras menerjang Cina selatan.

Dilansir Business Insider, jumlah kota di Cina yang terserang banjir juga naik dua kali lipat sejak 2008 seperti dilaporkan The Economist. Untuk itu, pemerintah Cina pun tengah menyiapkan solusi guna menghalau permasalahan tersebut, yakni membangun Sponge Cities atau Kota Spons.

Diinisiasikan pada 2015, proyek Kota Spons bertujuan untuk untuk menyerap air banjir. Proyek ini sedang dibangun di 30 kota, termasuk Shanghai, Wuhan, dan Xiamen. Pada tahun 2020, Cina berharap bahwa 80% wilayah perkotaannya akan menyerap dan menggunakan kembali setidaknya 70% air hujan.

Tak tanggung-tanggung, kota-kota yang akan dibangun Sponge Cities dilaporkan mendapat pembiayaan lebih dari US$ 12 miliar atau setara Rp162 triliun. Dana sebanyak 15-20 persen berasal dari pemerintah pusat sementara sisanya dibiayai pemerintah kota dan pengembang swasta.

Lingang, sebuah kota yang direncanakan di distrik Pudong, Shanghai, berharap bisa menjadi kota spons terbesar di Cina. Seperti yang dicatat CNN, dalam dua tahun terakhir, pemerintah kota telah menghabiskan US$ 119 juta.

Dana tersebut digunakan untuk penanaman tanaman hijau di atas atap rumah, membangun lahan basah untuk penyimpanan air hujan, dan membangun jalan permeabel. Pada awal 2016, Shanghai mengumumkan pembangunan taman seluas 4,3 juta kaki persegi di seluruh kota.

Sebagian besar proyek menggabungkan ruang hijau, seperti lahan basah dan bioswales, yang secara alami membantu menyerap air. Upaya tersebut demi mengurangi jumlah limpasan air hujan.

Hal ini bisa dlihat dari Taman Yanweizhou di Jinhua, Cina timur yang dibuka pada tahun 2014. Ini berfungsi sebagai model untuk jenis infrastruktur hijau tahan banjir, negara tersebut ingin terus membangun. 

Kendati demikian, menurut laporan 2017 dari sebuah lembaga penelitian di bawah Kementerian Sumber Daya Air, China Institute of Water Resources and Hydropower Research proyek prestisius ini menghadapi beberapa tantangan.

Setelah melakukan survei ke 30 kota, para peneliti melihat beberapa hambatan, termasuk "tujuan ambisius tanpa dasar penelitian yang baik," bahan hijau yang tidak tersedia, dan model perencanaan yang terlalu homogen dan tidak spesifik secara lokal.

Cina juga tengah berada di tengah krisis utang kota yang sedang berkembang, membuat pendanaan beberapa proyek menjadi sulit. Meski demikian, para pembangun proyek optimistis terkait pembangunan ini.

"Sementara tantangan yang signifikan tetap ada, peluang penting dibuka untuk lingkungan perkotaan yang lebih aman, lebih hijau, dan lebih holistik," tulis para peneliti dalam laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ilham Budhiman
Editor : Ajijah
Sumber : Business Insider
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper