Bisnis.com, JAKARTA - Setelah dua kali menetapkannya sebagai tersangka, menggeledah rumahnya, mencari-cari keberadaannya, dan mendapatinya menjalani perawatan di rumah sakit karena kecelakaan tunggal pada 16 November, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Jakarta Timur Cabang KPK yang berada tepat di belakang gedung Merah Putih KPK di Jakarta.
Sebelum menjadi Ketua Umum Partai Golkar, Ketua DPR dan terlibat dalam perkara korupsi, Setya Novanto mengaku mengawali karir dari bawah dan melakukan berbagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikannya, termasuk menjadi supir pribadi dan pembantu rumah tangga.
Dalam video yang diunggah ke channel YouTube Setya Novanto TV, Setya Novanto bercerita tentang upayanya membangun karir di hadapan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sumatera Barat di Pariaman pada 25 Maret 2017.
Berikut fakta tentang sosok Setya Novanto menurut unggahan video itu serta laporan harta kekayaan penyelenggara negara dan warta media massa:
1. Pernah menjadi supir pribadi
Setya Novanto mengaku mengalami kesulitan ekonomi semasa muda sehingga harus melakukan berbagai pekerjaan untuk membiayai hidup, termasuk menjadi supir pribadi di tempat indekos saat kuliah di Kota Surabaya.
"Saat mahasiswa, agar tidak perlu membayar kos, saya menjadi sopir keluarga di tempat saya tinggal. Saya juga jadi pembantu, membersihkan rumah, dan lainnya," katanya.
"Jam 06.00 pagi saya antar sekolah anak-anaknya supaya enggak bayar kos, setelah itu cuci, pel, jadi pembantu. Pokoknya gimana caranya saya bisa jadi pembantu dengan baik."
2. Bisnis beras
Saat jadi mahasiswa Setya Novanto sudah mulai berbisnis beras. "Waktu zaman saya sulit sekali, jadi saya pernah menjadi supir, saya pernah menjadi pembantu rumah tangga, itu tidak lain supaya saya bisa mengumpulkan uang setoran. Jam 04.00 pagi saya bangun pagi... harus mengirim beras ke pasar Wonokromo Surabaya. Hasil menjual beras untuk kuliah," katanya.
3. Pria Tampan se-Surabaya
Setya Novanto juga pernah menjajal dunia model dan pada usia 21 tahun terpilih menjadi Pria Tampan Surabaya tahun 1975.
4. Menikah dua kali
Setya Novanto sudah dua kali menikah. Pertama, ia menikah dengan Luciana Lily Herliyanti dan dikaruniai dua anak yaitu Rheza Herwindo dan Dwina Michaella. Namun pernikahannya dengan Luciana harus berakhir dengan perceraian. Ia lalu menikah lagi dengan Deisti Astriani Tagor dan memiliki dua anak yaitu Giovanno Farrel Novanto dan Gavriel Putranto.
5. Miliuner
Setya Novanto kini seorang miliuner. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Setya Novanto tahun 2015 menunjukkan kekayaannya mencapai Rp114,769 miliar dan US$49.150.
Harta itu terdiri atas tanah dan bangunan dengan total nilai mencapai Rp81,736 miliar yang berada di 11 lokasi di Jakarta Selatan, satu lokasi di Kota Kupang (Nusa Tenggara Timur/NTT), tujuh lokasi di Kabupaten Bogor (Jawa Barat), tiga lokasi di Jakarta Barat dan satu lokasi di Kota Bekasi (Jawa Barat).
Setnov juga masih memiliki alat transportasi dan mesin lainnya senilai Rp2,3543 miliar yang terdiri atas mobil Toyota Alphard (Rp600 juta), Toyota Vellfire (Rp900 juta), Jeep Commander (Rp500 juta), motor Suzuki (Rp3 juta), mobil Mitshubisi (Rp50 juta) dan mobil Toyota Camry (Rp300 juta).
6. Ambisius
Setya novanto memiliki tekad yang kuat untuk sukses, di hadapan para mahasiswa dia berpesan untuk menjadi sukses harus memiliki tekad yang kuat.
"(Karir saya) dari bendahara partai Pak ARB lalu jadi ketua fraksi, setelah ketua fraksi Tuhan berikan jalan lain, saya jadi ketua DPR RI," katanya.
Setya pun memberikan pesan pada generasi muda yang sedang membangun karir: "Apapun masalahnya harus punya keyakinan, jadi sejak awal harus punya cita-cita jadi banyak hal yang kita tidak yakin bahwa kadang-kadang saya tak mampu, lihatlah saya dari pembantu, supir jadi ketua DPR."
7. Menemui Donald Trump
Setya Novanto bersama dengan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menemui Donald Trump dalam acara konferensi persnya yang digelar di Trump Tower di kota New York, Amerika Serikat, pada September 2015. Pertemuan mereka menimbulkan kehebohan, memicu pembahasan mengenai etika parlemen.