Bisnis.com, BANDUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat indeks kebahagiaan di Jabar pada 2017 ini mengalai kenaikan dibanding tahun 2014 lalu. Namun, berdasarkan peringkat, Jabar berada di posisi kelima terbawah secara nasional.
"Indeks kebahagiaan kita (Jabar) sebenarnya mengalami kenaikan dari 2014 lalu. Tahun ini sebesar 68,91 sedangkan tahun 2014 lalu sebesar 67,66. Terjadi peningkatan indeks sebesar 1,25 poin," kata Kepala BPS Jabar Dody Herlando di Gedung BPS Jabar, Senin (4/9).
Dody mengatakan, kendati indeks kebahagiaan mengalami kenaikan, tidak bisa dipungkiri bahwa Jabar masih berada di urutan bawah nasional. Hal itu tidak terlepas dari masalah pendidikan.
"Menurut masyarakat Jabar, mereka tidak puas terhadap pendidikan dan keterampilan. Masyarakat Jabar masih merasa belum optimal dan maksimal terkait itu," kata Dody Herlando.
Dody menyebut, bila indeks kebahagiaan di atas 50, hal itu masih terhitung baik. Dia juga mengatakan bahwa masyarakat Jabar rata-rata belum mencapai pendidikan yang diinginkan.
"Sebab pendapatannya dirasa belum cukup. Nah, maka pendidikannya ingin naik lagi. Akibatnya, menimbulkan rasa cemas pada perasaannya. Tetapi, di atas 50 itu masih terhitung baik," katanya.
Menurut catatan BPS, penduduk di kota lebih merasa bahagia dibandingkan masyarakat perdesaan. "Namun terdapat pola yang berbeda yaitu penduduk wilayah perdesaan memiliki indeks kepuasan hidup sosial yang lebih tinggi," ujarnya.
Berdasarkan usia, masyarakat yang berusia 25-40 memiliki kebahagiaan cukup. Namun, memasuki usia 65 ke atas mengalami perubahan. Sementara berdasarkan jenis kelamin, indeks kebahagiaan laki-laki lebih besar daripada perempuan.
Indeks kebahagiaan berdasarkan sampel 5.591 masyarakat Jabar. Ada tiga dimensi yang dicatat antara lain kepuasan hidup dengan kontribusi 34,80%, perasaan berkontibusi 31,18%, dan makna hidup sebesar 34,02%.