Bisnis.com, BANDUNG -- Walikota Bandung Ridwan Kamil menilai project indeks kebahagiaan penting sebagai tolak ukur kemajuan masyarakat.
Dia berpendapat keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan menjadi kunci yang sangat penting dalam mewujudkan kehidupan masyarakat perkotaan yang bahagia.
"Saya meyakini sebuah teori masyarakat maju adalah masyarakat yang bahagia bukan masyarakat yang kaya raya. Itulah kenapa di kota Bandung, kita melakukan project indeks kebahagiaan. Ini adalah inisiatif lokal agar warga yang belum kaya minimal bahagia." katanya di Yogyakarta seperti dalam keterangan resminya, Sabtu 22/7/2017).
Kebahagiaan menurut orang Bandung, kata dia, berasal dari dua sumber yaitu pertama dari keluarga yang harmonis dan kedua rajinnya bersilaturahmi antar warga.
Untuk itu, dirinya menginisiasi program untuk mendorong dua sumber kebahagiaan ini, dengan mewajibkan kepada seluruh camat lurah untuk melakukan shalat sambil bersilaturahmi mendengarkan aspirasi warga di masjid-masjid berbeda setiap minggu, mendatangi warga-warga miskin membawa bantuan, membuka seluas luasnya ruang ruang silaturahmi.
Selain itu, Pemkot Bandung juga menggagas inovasi pelayanan kesehatan, seperti program Layad Rawat, yang akan mendongkrak indeks kebahagiaan warga Bandung.
Program tersebut mengubah pola pelayanan, di mana dokter yang akan menjenguk warga dan merawat yang sakit. Dia berpandangan bahwa dengan metode tersebut, warga bisa lebih memberi kepercayaan kepada pemerintah kota.
Hasil survei publik oleh INSTRAT bulan April tahun 2017 menunjukan 88,8% dari jumlah responden bahagia menjadi warga kota Bandung.
"Hal-hal diatas adalah contoh bagaimana kota Bandung mengedepankan pembangunan humanis yang seimbang, pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan sisi sosial serta lingkungan," kata pria yang akrab disapa Emil ini.
Di samping itu, dia bersama Rektor Universitas Gajah Mada, Panut Mulyono mengisi diskusi interaktif dengan tema "Knowledge Sharing Pembangunan Infrastruktur Perkotaan yang Humanis dan Berkelanjutan." Di sana, Emil memaparkan reformasi birokrasi Kota Bandung yang memanfaatkan berbagai teknologi.
Salah satu teknologi yang dipaparkannya adalah aplikasi pemantau kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN), yakni e-Remunerasi Kinerja. Dengan aplikasi tersebut, kinerja para ASN bisa terukur dan mendapatkan penghargaan sesuai dengan takaran kinerjanya.
Lebih jauh, ia berprinsip bahwa pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya harus dilakukan di satu kota saja, melainkan juga harus dilakukan di seluruh Indonesia. Oleh karena itu ia tak segan-segan menghibahkan aplikasi smart city-nya kepada pemerintah kota/kabupaten lain di Indonesia.