Bisnis.com, BANDUNG -- Pemerintah Kota Bandung akan menyelenggarakan kegiatan forum dialog bernama Nation Lab Forum yang akan dibantu oleh tim dari Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR).
Kegiatan tersebut nantinya akan diselenggarakan satu bulan sekali di Auditorium Balai Kota Bandung terhitung dari 14 Juli nanti. Forum ini akan mengundang para opinion leader dari berbagai elemen masyarakat untuk saling bertukar pikiran mengenai isu-isu terkini, baik isu lokal maupun nasional.
“Kita akan membuat tradisi intelektualitas di Bandung. Agar forum dialog ini punya kapasitas yang diterima semua pihak, kegiatan ini akan dipimpin oleh institusi perguruan tinggi, yaitu Unpar,” kata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Pendopo Kota Bandung, Selasa (11/7).
Dia menyatakan, hasil akhir dari Nation Lab Forum ini adalah hadirnya budaya dialog di Kota Bandung. Sehingga dalam jangka panjang, segala permasalahan tidak diselesaikan dengan adu opini di media sosial yang tidak berkesudahan, melainkan dengan dialog yang memunculkan solusi yang inovatif.
“Jadi, kepada siapapun yang merasa berbeda, mari kita rutinkan dialog. Tanpa dialog, tidak ada sebuah persamaan. Karena di setiap perbedaan pasti ada setitik persamaan, itu titik yang kita cari, bukan sebaliknya. Kalau sebaliknya, susah untuk melakukan banyak hal,” ungkapnya.
Sementara Professor Bambang Sugiharto dari Universitas Parahyangan mengatakan, kegiatan tersebut diharapkan memberikan kontribusi untuk senantiasa memberikan kedamaian di lingkungan Kota Bandung.
"Sebetulnya ingin menyebarkan suasana yang lebih dingin, bisa berdialog dalam hal apapun dengan pikiran yang lebih dingin. Dengan pemikiran yang lebih cakrawala atau syukur-syukur lebih mendalam," katanya.
Dia menambahkan, nantinya Nation Lab Forum sengaja dibuat sefilosofis mungkin guna memperluas pandangan masyarakat terhadap hal-hal yang akan dibicarakan pada saat dialog nanti.
Dalam kegiatan itu, telah ada beberapa pakar yang akan menginisiasi jalannya diskusi, seperti Prof. Dr. Sumanto Al Qurtuby dari King Fahd University Saudi Arabia, Prof. Dr. Syafii Maarif dari Maarif Institute Jakarta, aktifis film Monique Rijkers dari Jakarta, hingga Yenny Wahid dari Wahid Institute Jakarta.
"Ada juga Goenawan Mohamad dari komunitas Salihara. Namun masih dalam konfirmasi," ucap Bambang Sugiharto.