Bisnis.com, BANDUNG -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Jawa Barat Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, pertumbuhan perekonomian Jawa Barat pada triwulan I 2017 tumbuh 5,24% (yoy) atau melambat dibanding triwulan IV 2016 sebesar 5,45% (yoy).
Dia mengatakan, perlambatan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat (Jabar) disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya sisi pengeluaran dan sisi lapangan usaha.
"Di mana pada triwulan I 2016 belanja pemerintah mengalami akselerasi dalam rangka persiapan acara PON dan Peparnas. Hal itu karena dana yang digunakan adalah dari APBD Pemprov," kata Wiwiek, di Bandung, Kamis (8/6).
Selanjutnya, menurut Wiwiek perlambatan laju pertumbuhan PMTB/ investasi khususnya terjadi investasi yang bersifat non bangunan. Hal itu tercermin melalui lambatnya impor barang modal setelah sebelumnya terus mengalami ekspansi sepanjang tahun 2016.
"Mulai beroperasinya pabrik otomatif baru serta optimalisasi pemanfaatan barang modal yang telah di impor sebelumnya pada tahun 2016 diperkirakan menjadi faktor yang melatarbelakangi perkembangan ini," ujarnya.
Sementara dari sisi lapangan usaha, kata dia, perlambatan LPE dibanding triwulan sebelumnya terutama disebabkan oleh perlambatan lapangan usaha yakni perdagangan, pertanian dan kontruksi.
"Kalau perlambatan perdagangan terjadi seiring dengan berakhirnya libur akhir tahun serta adanya tekanan terbatas pada daya beli pasca-kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah," jelasnya.
Selain itu, Wiwiek menyebut melambatnya LU pertanian akibat adanya panen tidak serentak sehingga panen bergeser ke awal triwulan II 2017.
Di samping ke dua faktor tersebut, lanjut dia, LU kontruksi juga mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya.
"Hal itu sejalan dengan belum masifnya proses pembangunan proyek infrastruktur pemerintah di awal tahun karena sebagian masih menyelesaikan tahap lelang," ungkapnya.
Kendati demikian, di sisi lain dalam industri pengolahan menurut Wiwiek masih tumbuh cukup kuat. Peningkatan kinerja industri pengolahan terutama didorong oleh menguatnya permintaan ekspor produk manufaktur Jabar dari 5,3% menjadi 16,7%.
"Kenaikan ekspor terjadi pada mayoritas produk dengan kenaikan paling tinggi pada ekspor produk otomotif," jelasnya.