Bisnis.com, BANDUNG -- Peneliti memperingatkan bahwa tidur kurang dari enam jam dapat meningkatkan risiko kematian pada penderita sindrom metabolik seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan obesitas.
Dilansir Boldsky, sebuah studi menemukan bahwa orang dengan sindrom metabolik yang tidur selama lebih dari enam jam lebih kecil kemungkinan meninggal karena stroke.
Sebaliknya, mereka yang tidur kurang dari enam jam lebih besar kemungkinan meninggal karena penyakit jantung atau stroke.
Bagi mereka yang mendapat lebih banyak tidur, risiko kematian realtif lebih kecil, kata periset. Seseorang dengan jam tidur pendek dan memiliki sindrom metabolik, juga lebih mungkin berisiko kematian dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki sindrom metabolik.
"Jika Anda memiliki beberapa faktor risiko penyakit jantung, penting untuk menjaga tidur Anda dan berkonsultasi dengan dokter jika Anda ingin menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung atau stroke," kata penulis utama Julio Fernandez-Mendoza , Asisten Profesor di University of Pennsylvania.
Penelitian yang dipublikasikan di Journal of American Heart Association itu memilih 1.344 orang dewasa (rata-rata berusia 49 tahun, 42 persen laki-laki). Koresponden setuju untuk menghabiskan satu malam di laboratorium tidur guna penelitian.
Hasilnya menunjukkan bahwa 39,2 persen peserta memiliki setidaknya tiga dari faktor risiko, indeks massa tubuh (IMT) lebih tinggi dari 30 dan peningkatan kolesterol total, tekanan darah, kadar gula darah dan trigliserida.
"Uji coba klinis di masa depan diperlukan untuk menentukan apakah memperpanjang tidur, dikombinasikan dengan menurunkan tekanan darah dan glukosa, memperbaiki prognosis orang dengan sindrom metabolik," kata Fernandez-Mendoza.