Bisnis.com, GARUT - Pemkab Garut menyambut baik rencana PT KAI bersama Kementerian Perhubungan yang akan merektivasi jalur non aktif Kereta Api jurusan Cibatu - Garut hingga Cikajang. Kehadiran moda transportasi massal itu diharapkan mengembalikan identitas Garut sebagai Swiss Van Java.
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengatakan, dirinya sering mendapatkan pertanyaan dari warga masyarakat yang tempat tinggalnya diatas lahan PT KAI mengenai rencana pengaktifan kembali jalur KA di Garut.
"Karena ini wacana kan sejak lama. Jadi, warga sendiri sebenarnya butuh informasi yang pasti sepertinya apa dan pemda sendiri siap mendukungnya," katanya, kepada wartawan dalam diskusi mengenai Reaktivasi Jalur Non Aktif KA di Garut, Rabu (22/3/2017).
Menurutnya, kehadiran KA akan ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi Garut. Pasalnya, sepanjang 2015 laju pertumbuhan ekonomi Garut menjadi yang terbelakang di Jawa Barat karena hanya 4,2%. Dengan moda transportasi yang baik diharapkan akan mengundang banyak investor masuk.
Transportasi berpengaruh besar dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Ketika hanya mengandalkan armada angkutan jalan raya akan sulit mengejar ketertinggalan yang ada. Untuk itu, diperlukan moda transportasi alternatif.
"Selain itu, KA cocok untuk mengangkut hasil pertanian. Karena mayoritas penduduk Garut adalah petani dan pertanian di Garut berada di pegunungan," ucapnya.
Lebih lanjut dirinya menyatakan, dengan hadirnya kembali KA di Garut, maka Garut akan berhak kembali menyandang sebagai Swisnya di Jawa. Karena, pada Juli 1930 saat jalur KA Garut-Cikajang dibuka, sejumlah tokoh dunia menyamakan Garut dengan Swis karena bisa dilintasi KA meski di dataran tinggi.
"Swiss itu terkenal karena dataran tinggi yang bisa ditempuh menggunakan kereta api. Begitu juga Garut dulu sejarahnya ketika orang turun di Garut bisa melihat ketinggian Gunung Papandayan dan hotel," ucapnya.
Pada 1927 dan 1935, bintang komedian Hollywood, Charlie Chaplin pernah berkunjung ke Garut. KA hadir di Garut pada era pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan sebagai alat pengangkutan hasil bumi seperti teh, karet, kentang, kayu dan kina.